Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengalaman Dan Tips Berlibur Ke Bromo Bersama Bayi, Tour Sekitar Bromo Dengan Memakai Jeep


Episode : Merubah Pahitnya Wisata Ke Bromo menjadi Manis Dengan Ikhlas Dan Mengenalnya Dari Dekat


Assalamu'alaikum :)

Di postingan sebelumnya, di mana kami menghabiskan setengah hari dengan road trip semi unplanned versi off road *halah!
Yang mana dari segala ketegangan yang ada, berakhir dengan pilihan kami menginap di hotel Ancala Inn wilayah Tosari.
Baca : Pengalaman Dan Tips Berlibur Ke Bromo Bersama Bayi (Part 1)

Setelah check in, kami kemudian membersihkan diri, terutama si bayi yang sudah risih alasannya yakni sudah pup semenjak 30 menit berlalu, lol.
Pun juga saya yang gres sadar, ternyata saya lagi 'dapet' dan saking tegangnya selama perjalanan, saya gak terpikirkan sama sekali untuk ganti 'popok', balasannya ya gitu deh, sanggup dibayangkan..
*Adegan selanjutnya yakni si Rey sibuk bersihin rok dan akhirnya terpaksa menggunakan celana panjang si papi.

Alhamdulillah nya, air panas di toilet berfungsi dengan baik, gak sanggup bayangin kalau air panasnya mati, dijamin saya bakal semalaman manasin air pakai water heater buat kopi/teh hahaha.

Setelah mandi, papi keluar mencari makan malam, saya stay di kamar saja untuk menyiapkan makan malam si bayi.
Sebenarnya kami gak sreg kalau harus nginap di hotel, betapa enggak? saya butuh dapur buat masakin masakan si bayi.
Waktu di villa Batu, saya memang sudah masakin bubur dan sayurnya, sayangnya alasannya yakni udah malam dan berada di tempat dingin, bubur dan sayur tersebut jadi gak yummy meski sudah dipanasin pakai kompor listrik.

Saya memang prepare lebih untuk liburan kami kali ini, berkaca dari pengalaman kecut kami dikala road trip unplanned ke Jakarta yang bikin si bayi kelaparan gegara ternyata gak suka masakan atau bubur instan.
 Baca : Traveling Bersama Bayi (Part 2) - Cirebon dan Jakarta
Karenanya, saya bawa aneka macam perlengkapan, mulai dari panci, kompor listrik, beras, telur, mie instan, pop mie, kopi, teh, gula, susu bubuk, keju, oat, margarin, bahkan bawang sama cabai (iyaaa, saya kebangetan juga lebaynya, lol)
Eh tapi, nyatanya semua perlengkapan tersebut terpakai dikala di Villa Batu, saya sanggup masakin bubur lengkap dengan lauk buat si bayi, dan kami sanggup sarapan mie instan dan telur goreng.

Bahkan kompor listrik yang awalnya kami pikir gak bakal terpakai, eh nyatanya digunakan juga meski gak usang soalnya sungkan tertangkap berair pihak hotel hahaha.

Oh ya, semua perlengkapan tersebut bekerjsama bukan pertama kalinya saya siapkan, dulu ketika abang Darrell masih kecil, kami membawa banyaaakkk banget 'perlengkapan perang' untuk abang Darrell dikala kami bepergian.
Baca : Petualangan Liburan Natal 2011 bersama Darrell
serta : Yayyy, Petualangan menuju #Bali
Saya hanya memanaskan bubur dan lauk si bayi, beberapa dikala kemudian si papi dan kedua bocah tiba membawa nasi goreng yang rasanya... ya gitu deh, lol.
Meskipun nasi goreng rasanya hambar dan gaje, tapi kata abang Darrell rasanya yummy (ya iyalah enak, orang belum makan semenjak siang dan hawanya dingiiinn banget.

Karena nasi goreng yang dibeli papi cuman 1 (sudah habis), maka dia kembali lagi mencari penjual masakan dan ternyata pas pulang membawa lagi nasi goreng yang juga rasanya... ya gitu deh itu hahaha. Oh ya, meskipun rasanya 'ya gitu deh' tapi harganya tidak mengecewakan lah, 15rebo per porsi, lol.
Papi juga sempat nanya-nanya penyewaan jeep, katanya rata-rata harganya 600ribu, dan gak sanggup ditawar (saya bermaksud nawar alasannya yakni emang tujuannya cuman mau ke penanjakan sama bukit teletubbies saja)
Eh tenyata, semua pemilik jeep hanya menyewakan paket touring ke semua lokasi yang ada (Penanjakan, Pasir Berbisik, Bukit Teletubbies dan Kawah Bromo)


Kami bingung, kalau memesan sekarang, maka kami bakal dijemput sekitar pukul 03.00, hal yang menakutkan alasannya yakni belum tentu para bocah sanggup gampang dibangunkan dan siap-siap jam segitu, akhirnya diputuskan untuk sewa eksklusif di tempat penyewaan alias rest area yang biasa digunakan untuk parkir mobil.

Setelah memasang alarm pukul 02.30, kamipun tidur.
Alhamdulillahnya lagi, selimut yang disediakan hotel begitu tebal dan terasa hangat, meskipun demikian, saya yang gak berpengaruh masbodoh tetap harus menggunakan kaos kami dan topi kupluk.
Baru saja kami tertidur, eh si bayi nangis dong, di kasih ASI gak mau, secepatnya saya periksa popoknya, takut pantatnya ruam kayak bencana liburan ke Jakarta kemaren.
Baca : Traveling Bersama Bayi (Part 4) - Terungkapnya Penyebab Si Bayi Cranky
Alhamdulillah, pantatnya baik-baik saja. Seketika saya olesin perut dan punggungnya pakai minyak telon, mungkin dia kedinginan, kemudian saya susuin dan dipeluk.
Si bayi jadi agak tenang, saya dan si papi menarik napas lega, namun gres saja kami mau tidur, eh si bayi nangis lagi, pas digendong gres deh ketauan, ternyata dia kegerahan sodara hahaha.
Atuh mah si bayi, orang-orang pada menggigil kedinginan gegara hawanya yang super duper dingin, eh dia malah keringatan.
Maminya juga sih lebay, napa pula dipakein baju dan celana berlapis-lapis, lol.

Pukul 02.30 saya terbangun, eksklusif beberes menyiapkan segalanya.
Saat pertama kali menginjak lantai yang tanpa karpet, rasanya kayak injak es kerikil di frezer, hiks.
Terlebih lagi dikala menyentuh air masbodoh di washtafel (air panas cuman ada di shower saja).
Rasaya dinginnya merasuk hingga ke tulang-tulang.

Setelah minum kopi, dan menyiapkan papi makan pop mie, kami membangunkan bawah umur dan menyiapkan perlengkapannya,
Dan setelahnya, ayo tebak pukul berapa akhirnya kami sanggup keluar dari hotel?
.
.
Pukul 3.30 sodara hahaha.
Coba kalau kami minta dijemput supir jeep, dijamin supirnya bete nungguin kelamaan.
Kamipun menyusuri jalanan dini hari yang tidak mengecewakan sepi, kanal masuk dari daerah Pasuruan ini memang kurang begitu terkenal, jadi gak seramai menyerupai daerah lewat Cemoro lawang.

Mencari jeep pun kami harus menjalani drama terlebih dahulu, dikala ditawari kami baiklah saja ketika diminta 600ribu, sayangnya orang yang nawari gak punya jeep, ternyata dia nyari jeep orang juga yang sesudah kami ikutin dia eh malah gak ada jeepnya, bete gak sih? mana waktu sudah semakin mendekati fajar.

Alhasil, sesudah kami mondar mandir gak jelas, gak ada yang nawarin jeep, kami tetapkan kembali ke pintu gerbang yang mana kami dicegat kemaren.
Sesampainya di gerbang kami kembali dicegat dan ditawarin jeep, tanpa banyak tawar menawar, kami sepakat saja 600ribu.
Papi juga membayar tiket masuk, kalau gak salah sebesar 27,500 per orang.

Hanya butuh beberapa menit, kami sudah berada di dalam jeep putih yang dikendarai oleh supir yang ramah dan tidak mengecewakan sabar, dibilang sabar alasannya yakni mau saja diminta jangan merokok di dalam jeep, atuh mah ada bayi, lol.
Padahal sebelumnya sedikit parno alasannya yakni melihat semua orang di sana pada merokok semua.

Kami berkendara dalam jeep sekitar 25 menit, dan tiba-tiba berhenti.
Ternyata jalanan sudah macet, dan jeep sudah gak sanggup berjalan lagi, alhasil kami harus turun dan meneruskan berjalan kaki ke lokasi terdekat.
Padahal lokasi terdekatnya masih sekitar sekilo lagi hiks..

Terpaksa kami mendapatkan ajuan ojek, awalnya diminta tarif seratus ribu persekali jalan, katanya tujuan kami (penanjakan) masih sangat jauh, sekitar 4-5 KM lagi.
Karena males liat si papi yang terkesan gak pandai nawar, sayapun (yang aslinya lebih gak pandai nawar) ikutan menawar pakai jurus rayuan mendayu-dayu alias merengek hahaha.
Yang akhirnya deal di angka 75ribu.
Kami terpaksa pakai 2 ojek, dan Alhamdulillah, lucky me saya sanggup ojek yang kendarai cewek dong.
Padahal sudah deg-degan dan bingung, secara selama ini saya jarang bahkan gak pernah dibonceng lelaki lain selain suami, bapak saya dan satu dua sobat yang sudah sangat dekat.
Alasannya satu, saya suka ketakutan kalau dibonceng orang, jadi harus pegangan. Masa iya pegangan di tukang ojek laki?

Kami kemudian berangkat ke Penanjakan dengan mengendarai 2 ojek, dan ketika sudah dalam boncengan, ampuuunnn dinginnya, wajah saya rasanya mati rasa, dinginnya benar-benar bagai menusuk.
Alhamdulillah si bayi tetap anteng dan tidur nyenyak banget, jadi saya sanggup gendong dia pakai gendongan baby wrap yang sama sekali gak bikin bahu pegal, pun juga si bayi jadi hangat dan terlelap alasannya yakni nyaman menyerupai dipeluk mulu.
Sebelumnya juga saya sudah memakaikan baju dan celana serta sweater berlapis, ditambah lagi oleh selimut tebal dan jaket saya.

Ternyata benar apa kata si ojek, lokasi Penanjakan masih sangat jauh, jeep sudah gak sanggup meneruskan jalannya alasannya yakni jalanan sudah macet, jalanan yang sempit, sangat tidak memungkinkan untuk sanggup ke atas lagi, terpaksa kami menyerah meski awalnya jadi kesal, atuh mah bayar mahal tetep juga harus jalan kaki atau ngeluarin duit buat naik ojek.

Sekitar 30 menit berkendara, akhirnya hingga juga kami di penanjakan, dikala hendak membayar ongkos ojek, si ojek menolak dan meminta kami naik ojeknya lagi dikala pulang nanti dan dibayar sekalian nanti.
Kamipun sepakat dan eksklusif setengah berlari menaiki tangga menuju ke puncak penanjakan.

Hawa semakin dingin, ditambah angin yang bertiup kencang, napas kami ngos-ngosan sambil diiringi uap yang keluar dari lisan saking dinginnya.
Si papi mengajak secepatnya biar sanggup melihat matahari yang bakal terbit sesaat lagi, namun apa daya, hawa masbodoh yang menusuk serta lisan yang menggigil bikin napas saya gak sanggup teratur dan tentu saja bikin saya nyaris gak sanggup napas terlebih berjalan ke atas.

Si papi akhirnya harus menarik saya, dan bertahap Alhamdulillah hingga juga di penanjakan atas.
Indahnya sunrise :)

Sayangnya, kami telat nyampenya, lokasi sudah sangat padat oleh orang-orang yang ingin melihat matahari terbit dan pertama kali menyinari gunung Bromo dan sekitarnya.
Kami hanya sanggup puas berdiri erat mushola terbuka erat toilet (untung gak bacin hahaha).
Gunung Bromo sama sekali gak terlihat dari tempat kami berdiri.

Syukurlah, gak menunggu usang matahari akhirnya terbit, dan setelahnya orang-orang pada beranjak meninggalkan tempat, kamipun sanggup lebih leluasa naik ke tempat yang lebih tinggi untuk melihat gunung Bromo.
Si bayi tetap anteng, meski agak terbangun sebentar dikala saya membenarkan topinya, kalau abang Darrell gak usah ditanya deh, dia ngambek minta pulang gegara gak berpengaruh masbodoh muahahaha.
Dasar kok si abang tuh gak asyik, ke mana-mana antusiasnya tinggi, giliran udah nyampe, gak hingga 5 menit selalu bosan dan minta pulang, dipikir ke Bromo itu murah apa ya? (emak hemat alias pelit, lol).



8 tahun kemudian :D

Setelah puas foto-foto ditimpali rengekan si abang yang minta pulang, kami akhirnya beranjak turun, di bawah tangga demi menghibur si abang saya mengatakan makan pop mie yang tentu saja disambut bangga oleh abang yang jarang sanggup makan pop mie, lol.
Pop mie dijual seharga 10 ribu dan teh panas 5 ribu.
Sudah kayak emak-emak di heropah belom? :'D

Makan popmie

Setelah abang makan, kami segera menuju parkiran, dan tidak mengecewakan terpana akan daya ingat si tukang ojek, dia gak lupa kami dong, padahal sumpah kami udah lupa wajah mereka hahaha.
Ya gimana dong, dikala itu masih gelap, kami sempat liat nomor motornya, tapi alasannya yakni ribet sama krucil ya gak dicatat, jadinya lupa. Untung ojeknya jago dalam mengingat wajah orang.

Kami kemudian dibonceng menuju tempat supir jeep menunggu, gres saja keluar parkiran daaannn kami di sambut gugusan jeep yang berhenti di tengah jalan.
MACET sodara ! hahaha..

Tiba-tiba kami bersyukur, kami ke penanjakan naik ojek, emang jadinya pengeluaran jadi bisul sih, bahkan saya yang cuman bawa duit cash terbatas sempat kebingungan alasannya yakni ternyata duit di dompet gak cukup buat bayar ojek hahaha.
Untung papi punya uang cash sedikit di dompetnya.

Ternyata, berdasarkan tukang ojek perempuan yang awalnya saya pikir ibu-ibu ternyata anak Sekolah Menengah Pertama (iyaaaa.. badannya bongsor amat), kalau mau dianter jeep hingga ke penanjakan, harus rela berangkat tengah malam sekitar pukul 1 atau 2 dini hari, lewat dari itu jeep dipastikan gak sanggup hingga atas, alasannya yakni di bawah ada lokasi lain menyerupai bukit cinta dan bukit kingkong tempat melihat sunrise juga.
Karena kapasitas jeep yang banyak dan parkiran gak memadai, jadilah jeep yang mengantarkan wisatawan ke bukit cinta atau kingkong jadi parkir di pinggir jalan, balasannya hanya motor saja yang sanggup lewat untuk ke penanjakan.

Tapi, kalaupun kita ngotot berangkat tengah malam hingga ke penanjakan, dijamin kita yang paling tamat turun ke pasir, alasannya yakni macetnya dari penanjakan hingga di bawah dong hahaha.

Kami diantar oleh ojek ke lokasi jeep berhenti pertama kali, namun Alhamdulillahnya lagi sang supir baik hati dan cerdas, dia ternyata sudah menunggu kami dipertigaan yang mana bakal menuju ke lautan pasir, jadi kami gak perlu kena macet lama-lama.

Setelah membayar ojek kamipun naik jeep dan diantar ke lokasi selanjutnya, oleh supirnya kami diajak ke pasir berbisik dulu.
Dan ternyata, lokasinya tidak mengecewakan jauh dong, sambil tergoncang-goncang jawaban jalan di pasir serta resah alasannya yakni si bayi terbangun dan minta ASI (ampun rempongnya, saya lupa kalau harus nyusuin dan saya pakai baju yang panjang serta dipinggang terikat kain gendongan, dengan susah payah saya akhirnya sanggup menyusui si bayi meski nyaris jumpalitan).
Rempong dalam jeep

Tetep merindukan pasir :D

Di lokasi pasir berbisik kami turun untuk foto-foto, gak ada hal lain di sana selain hamparan pasir halus dengan background tebing yang tandus berwarna abu-abu di kejauhan.
Konon lokasi ini jadi populer gegara pernah jadi lokasi syuting Dian Sastro dalam film Pasir Berbisik.

Parkiran jeep di pasir berbisik

Pasir di mana-mana
Kami hanya menghabiskan waktu sekitar 5 menit di situ, meskipun si abang Darrell manyun alasannya yakni lokasi itu jadi tempat favoritnya dibanding penanjakan, apa lagi alasannya kalau bukan dia sanggup main pasir, atuh mah kakaaakkk, tau gitu kita gak usah ke Bromo, ke pantai Kenjeran saja dong biar murmer hahaha.

Meskipun di lokasi pasir berbisik gak ada apa-apa selain pasir, namun memang lokasi itu paling menyenangkan berdasarkan saya, lokasinya higienis dan jarang ada kotoran kudanya, makanya si abang hepi banget sanggup main pasir.

Selanjutnya kami diantar menuju lokasi Bukit Teletubbies, lokasinya lebih jauh berada di belakang gugusan gunung Bromo.
Jalanannya tetap terguncang gegara harus melalui pasir yang pastinya gak rata.

Sesampainya di sana suasana lebih ramai ketimbang pasir berbisik.
Bukit Teletubbies merupakan hamparan rumput yang luas dengan warna coklat (mungkin alasannya yakni kini sudah masuk ekspresi dominan kemarau, makanya rumputnya pada layu kata abang Darrell, hehehe).
Mungkin alasannya yakni hamparan rumput tersebut menyerupai dengan hamparan rumput yang ada di bukit dalam film Teletubbies, makanya dinamakan demikian.
Di lokasi ini, kami juga gak lama-lama.
Hanya cekrek-cekrek dari erat dan kemudian selesai.
Anaknya cari pasir, bayinya bobo, emaknya selfie :D

Parkiran di lokasi Bukit Teletubbies

Our Photografer, tengkiu papidady :*


Si abang lagi-lagi manyun alasannya yakni sedang asyik bermain pasir (teteup).
Sayangnya di sini gak sebersih lokasi pasir berbisik, ada banyak kotoran kuda di mana-mana, alasannya yakni beberapa orang menyewakan kuda untuk sanggup digunakan berkeliling bukit.

Dalam perjalanan ke lokasi berikutnya yaitu kawah Bromo, saya hingga ketiduran saking terasa usang nyampenya, lokasinya memang benar benar jauh, dalam hati saya nyelutuk, makanya tarif jeep 600ribu, worth it banget lah untuk jarak segitu.

Di parkiran kawah Bromo, kami berhenti lagi, di sini suasananya gak seasyik lainnya, bacin kotoran kuda benar-benar menyiksa hidung, padahal belum kalau ditambah bacin sulfur dikala mendekati kawah.
Kami gak berani mendekat ke kawah alasannya yakni gak tahan bacin belerang, gak berani ambil resiko kalau si bayi gak berpengaruh bacin belerang.
Kuda yang siap mengantar ke kawah Bromo


Jadilah kami cuman foto-foto di erat tempat parkiran saja, kemudian setelahnya cus pulang.
Supir jeepnya hingga kaget, belum juga selesai merokok eh udah jalan lagi hahaha, terlebih di parkiran tersebut dia mampir sarapan, belum selesai eh kami minta pulang.

Selanjutnya kami eksklusif diantar pulang ke lokasi pintu masuk daerah Wonokitri, jalan terasa sangat panjang dan sesudah terang barulah terlihat, ternyata kami berjalan di sisi jurang juga, namun alasannya yakni yang nyetir orang lokal yang sudah terbiasa dengan medan menyerupai itu, saya sanggup duduk cantik tanpa harus deg-degan menyerupai kemaren.

Pukul 09.00 kami hingga di hotel, Alhamdulillah gak menyerupai kata si pemilik hotel yang mana biasanya orang-orang pulang sekitar pukul 10-11 siang, kami malah sanggup hingga hotel lebih cepat.
Sehingga sanggup punya waktu buat mandi, sarapan di semi resto hotel, kemudian beberes dan siap-siap check out.

Kami akhirnya check out pukul 11.30 dan eksklusif pulang melalui rute ke Pasuruan kota, gak mau lagi ngulangin lewat jalan penuh ketegangan yang tembus ke Malang.

Tips Berlibur Ke Bromo Bersama Bayi


Dari pengalaman kami ini, saya ingin menyebarkan tips dan info bermanfaat buat yang ingin berlibur ke Bromo khususnya membawa bayi, yaitu :
  • Pastikan kondisi bayi sedang sehat walafiat, tidak punya riwayat asma, meskipun demikian, jangan lupa bawa perlengkapan obat menyerupai sirup penurun panas, termometer, balsem bayi, cairan pembersih hidung bayi (saya pakai Breathy), dan pastinya minyak telon dan semacamnya.
  • Siapkan perlengkapan bayi untuk mengatasi udara dingin, menyerupai jacket tebal, celana tebal, topi jenis kupluk yang menutupi telinga, dan selimut tebal.
  • Bawa gendongan yang nyaman dan aman, sebaiknya sih jenis babywrap atau hipseat ya namanya hehehe. Medan yang bakal ditempuh lumayan, naik turun jeep yang tidak mengecewakan tinggi, plus sanggup juga naik ojek, jadi gendongan yang nyaman dan aman, amat sangat dibutuhkan.
  •  Untuk sang ibu, gunakan pakaian yang nyaman, sebaiknya dari kaos dan menyusui friendly, jangan lupa juga pakai sepatu dan kaos kaki biar gak repot naik turun jeep serta berjalan di pasir yang kotor :D
  • Pastikan si bayi kenyang dan nyaman biar selama perjalanan sanggup anteng dan tertidur nyenyak.
  • Jangan lupa bawa payung, meski mungkin gak lagi ekspresi dominan hujan, sanggup digunakan untuk menangkal sinar matahari, jaga-jaga kalau kejebak macet dan sanggup turun ke lautan pasir sesudah matahari terik. (btw sekitar Bromo memang tetap masbodoh menyengat even matahari terik, tapi bukan berarti kulit gak sanggup gosong, tangan saya jadi ruam parah kena sinar matahari yang gak kerasa menyengat dan pipi si bayi juga ruam hiks.
  • Sebaiknya hindari membawa bayi ke erat kawah, selain udaranya berbau belerang, pun juga bacin kotoran kuda benar-benar menyiksa hidung, orang remaja saja kadang gak berpengaruh terlebih bayi.
  • Meskipun bayi terlihat anteng, jangan lupa untung selalu mengecek keadaannya, jaga-jaga kalau ternyata si bayi gak berpengaruh masbodoh atau punya asma yang gres terdeteksi.
  • Usahakan bawa tisue berair dikala masuk ke wisata Bromo, jaga-jaga si bayi pup, kasian aja kalau dibasuh pakai air di toilet yang kayak air es dan gak terjamin kebersihannya.

Tips Cerdas Berlibur Ke Bromo


Keindahan Bromo memang sulit untuk diabaikan, sayangnya... keindahan tersebut semakin hari semakin tertutup oleh besarnya biaya yang harus kita keluarkan dikala mengunjungi gunung indah ciptaan Allah tersebut.
Tapi jangan khawatir, masih ada cara lain kok yang sanggup ditempuh untuk meminimaliskan biaya yang harus dikeluarkan, menyerupai :
  • Naik motor sendiri! Hal ini memang gak memungkinkan kalau kita membawa bayi, terlebih kalau kita berasal dari tempat jauh menyerupai Surabaya dan sekitarnya, kasian saja kalau bayi harus dibawa naik motor sejauh itu. Namun sanggup diakalin juga dengan menyewa sepeda motor orang lokal, sayangnya saya gak punya info perihal itu sih, cuman kalau mau nanya-nanya insha Allah ada kok orang lokal yang mau menyewakan motornya untuk keliling penanjakan - kawah Bromo - Pasir Berbisik dan Bukit Teletubbies yang pastinya jauh lebih murah ketimbang sewa jeep. Oh ya untuk sepeda motor sendiri masih diperbolehkan masuk ke tempat wisata Bromo dengan membayar HTM saja sebesar 60ribu untuk 1 motor dan 2 orang (weekday) dan 70 ribu untuk weekend.
  • Naik kendaraan beroda empat sendiri namun gak perlu nginap di penginapan/hotel. Hotel di erat Bromo tuh aduhai harganya, saya saja sanggup mampu yang harganya sedikit bikin senyum gegara pakai promo dari aplikasi booking online, itupun masih terbilang tinggi untuk rate hotel rasa hostel hahaha. Nginap di homestay juga nyaris sama, dengan akomodasi minim, harganyapun tidak mengecewakan fantastis. Sebaiknya tempuhlah jarak ke Bromo di malam hari, Atur waktunya biar tiba di Penanjakan sebelum matahari terbit. Jika dari Surabaya, sebaiknya berangkat sekitar pukul 11 atau 12 malam, sehingga hingga di sana masih ada waktu untuk tawar menawar jeep.
  • Untuk meminimalis pengeluaran lain menyerupai ojek, sanggup disiasati dengan berangkat lebih awal, sekitar pukul 1 atau 2 malam sudah harus berada di penanjakan, dikala itu jeep masih sanggup mencapai penanjakan alasannya yakni jalan belum terlalu macet. Namun untuk turun dari penanjakan harus mau memilih, boros waktu yaitu bermacet-macetan sehingga turun ke lautan pasir sesudah siang banget atau menyerah naik ojek hingga ke lokasi yang gak macet (jadi sesudah mengantar ke penanjakan, minta supirnya untuk segera kembali meunggu ke penggalan agak bawah (biasanya di pertigaan antara ke lautan pasir dan arah Pasuruan (sudah lepas lokasi bukit cinta dan kingkong). Setelah melihat sunrise di penanjakan, naik saja ojek ke pertigaan tersebut, saya kemaren sanggup harga 75ribu.
  • Cara lain meminimalis pengeluaran ojek adalah, dengan melihat sunrise di bukit paling bawah saja (bukit cinta atau bukit kingkong) dari situ kita sanggup jalan kaki sedikit ke pertigaan yang macetnya gak separah di atas. 
  • Jangan lupa bawa termos air panas yang besar dan abadi panasnya, bawa juga kopi, teh, gula, pop mie, roti, tidak mengecewakan banget buat meminimalis pengeluaran konsumsi selama di sana (harga masakan juga aduhai).
  • Nikmati wisata Bromo dengan bijak, jangan buang sampah sembarangan atau merusak akomodasi umum yang ada.
Oh ya, bekerjsama sewa jeep dan ojek tersebut tidaklah terlalu mahal untuk hasil yang kita dapatkan, sewa jeep misalnya, awalnya saya kesal dan shock dengar harganya segitu, namun sesudah diajak keliling-keliling yang lokasinya sungguh menantang dan jauh banget, saya rasa sesuai lah dengan harganya.
Pun juga dengan harga ojek, dengan 150ribu kami sanggup dengan cepat menuju penanjakan dan gak usah lama-lama terjebak macet saya rasa itu wort it lah.
Terlebih, semuanya dibentuk dengan tujuan biar wisata gunung Bromo juga mendatangkan sumber penghasilan bagi masyarakat di sekitar sana.

Meskipuuunnn, saya juga mau nangis, kok MAHAL SIH hiks..

Menurut saya, seharusnya peraturannya diubah, kewajiban menyewa jeep hanya untuk wisatawan yang harus melewati lautan pasir.
Seharusnya, wisatawan yang tiba dari arah Pasuruan dan hanya menuju Penanjakan tidak perlu lagi dipaksa menyewa jeep.

Mengapa? alasannya yakni medan di sekitar pintu masuk Wonokitri hingga ke penanjakan itu gak terlalu terjal menyerupai jalanan dari lautan pasir ke penanjakan.
Untuk lebih teratur sanggup dibentuk peraturan bahwa kendaraan beroda empat pribadi sanggup masuk di atas pukul 09.00 atau 10.00, di mana jam segitu penanjakan memang sudah sepi dari jeep.

Saya rasa, dengan kebijakan wajib nyewa jeep 600 ribu bahkan lebih itu lama-lama juga bikin wisatawan jadi malas banget ke sana, gimana enggak? harganya ngalah-ngalahin ke wisata lain.
Masa iya mau liburan harus keluar biaya minimal sejuta? hiks..

FYI, wisata gunung Bromo tersebut kini dikelola oleh 4 kabupaten.
Pertama : Kabupaten Probolinggo yang merupakan pintu masuk utama dan paling ramai di kanal wisatawan, jalurnya dari Surabaya - Tongas - Probolinggo.
Kedua : Kabupaten Malang yang merupakan pintu masuk dari Malang - Ngadas hingga hingga di bukit Teletubbies.
Ketiga : Kabupaten Pasuruan dengan pintu masuk daerah wonokitri, Tosari.
Keempat : Kabupaten Lumajang dengan puncak B29 nya (konon lokasi ini tidak mengecewakan menantang dan hanya sanggup ditempuh dengan motor)

Semoga ke depannya pemerintah ke empat kabupaten tersebut sanggup mengeluarkan kebijakan yang menciptakan Bromo sanggup dinikmati oleh bermacam-macam kalangan.
Setidaknya ada cara lain yang lebih hemat dalam menikmati tempat wisata yang indahnya tersohor ke mana-mana tersebut.

Bahkan para bule saja banyak yang menentukan hiking dari hotel ke penanjakan demi memperkecil budget pengeluaran.
Kalau saya hiking? bisa-bisa pingsan ditengah pasir kayak Dian Sastro berbaring di pasir hahaha.

Ada yang mau berlibur ke Bromo dalam waktu erat ini? sharing di komen yuk
Btw kata orang lokal sana, Agustus yakni puncak ramainya para bule mengunjungi Bromo, gegara mereka sedang liburan summer di negaranya.

Semoga manfaat :)

TPJ AV - 16 Juli 2018

Love