Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Review Hotel The Acacia Jakarta - Saat Senyum Begitu Mahal


Assalamu'alaikum :)

Ya ampuunn, banyak banget PR cerita yang harus di post, kalau orang-orang yang jarang nulis blog alasannya kehabisan ide, saya malah kebanyakan wangsit namun kesedikitan waktu (sok sibuk!).
Jadi, saya pikir tulisan-tulisan receh dari pengalaman pribadi saya ini kagak ada yang sudi baca, eh ternyata ada dong yang nagih review hotel yang pernah saya janjiin, meskipun cuman 1 orang, tapi sungguh saya merasa terharu, huhuhu.


Baiklah, menyerupai akad saya tersebut, kali ini saya mau review hotel yang kami inapi (gak keren ya bahasanya, lol) secara gak sengaja ketika berada di Jakarta Pusat dan mutar-mutar gak terang mencari hotel dengan harga terjangkau dan gak sempit-sempit banget serta gak perlu pemanis extra bed buat si abang yang nyaris berusia 8 tahun ini.

Baca : Traveling Bersama Bayi (Part 3) - Dari Numpang Toilet di ITC Mangga Dua Hingga Foto Di Lorong IKEA
Seperti yang saya kisahkan pada postingan di atas (makanya, baca dulu semoga nyambung ama postingan ini hihihi) bahwa selepas dari Monas, kami kelaparan namun belum menemukan daerah makan yang pas plus juga belum menemukan hotel yang pas.

Dalam perjalanan tanpa arah kami tersebut, bertemulah sebuah bangunan tinggi yang ternyata sebuah hotel berjulukan The Acacia.
Gak mau rugi lagi, segera saya menelpon ke nomor yang ada di Google, dan dari resepsionist nya saya mendapatkan rate sebesar 650ribu sudah include breakfast.

Langsung deh intip aplikasi Agoda, maklum liat di Google, Agoda dan Booking.com lebih murah ketimbang Traveloka, belakangan saya gres sadar, ya iyalaaahh murah, orang belum sama pajaknya hiks.
Di Agoda tercantum IDR 421,874 dan sepenglihatan saya itu udah termasuk breakfast.
Karena nanya hotel lain di depan The Acacia tersebut, rate nya lebih mahal meski di plangnya tertera start IDR 300,000. Kami akibatnya tetapkan untuk menginap di The Acacia saja.

Papi eksklusif menuju ke sana, dan hingga di depan loby, saya turun untuk check in.
Loby yang luas, meja resepsionis di sebelah kiri, lift jalan masuk ke kamar atas di tengah dan restoran di sebelah kanan

Memasuki lobby nya yang luas, suasananya tidak mengecewakan sepi, tampilan lobby sangat luas namun terkesan biasa. Saya kemudian menuju meja resepsionis yang ketika itu sedang sepi, ada 2 orang yang duduk di sana, seorang laki-laki dan wanita.
Segera saya memberitahukan bahwa saya sudah booking melalui aplikasi Agoda, dan resepsionis perempuan tersebut tanpa senyum meminta saya menunggu.

Ada kali 20 menitan saya menunggu sambil berdiri di depan meja resepsionis, tanpa senyum sama sekali oleh resepsionis yang pria, atau anjuran di minta duduk dulu atau dikasih permen terlebih minuman, lol.
Akhirnya si resepsionist perempuan selesai mengecek bookingan saya, meminta KTP untuk identitas, dan setelahnya menawarkan saya kartu kunci kamar sebanyak 2 buah.

Saya mendapatkan kartu tersebut sambil ternganga, bagaimana enggak? sama sekali gak ada senyum dari si mbak nya, plus saya gak dikasih tau, di mana letak kamar saya? lewat mana? dan lain sebagainya.
Dalam hati saya berpikir, mungkin si mbak nya pikir saya tinggal di sini kali yak, jadi gak perlu dikasih tau lagi harus lewat mana? kamar saya di lantai berapa dll, lol.

Sebelum usang ternganga, saya akibatnya menanyakan semuanya pada si mbak resepsionis tersebut.
Dan dijawab sambil hirau tak hirau (mungkin ia lelah, atau kesal alasannya gak dikasih libur hahaha), kamar saya ada di lantai 6 dan aksesnya melalui lift sebelah sana.
"Sebelah sana itu mana woi!" (itu cuman kata hati saya hahaha)
Biar ga dongkol saya akibatnya tetapkan nanya satpam aja yang lebih ramah, dan olehnya saya tau kalau liftnya berada sempurna di bab tengah lobby.

Saya kembali ke kendaraan beroda empat untuk mengambil si bayi dan memberitahukan si papi perihal kamarnya, kemudian dengan pedenya si papi ngajak parkir dulu gak pakai nanya-nanya (eh emang gak sanggup nanya juga sih, kagak ada yang sanggup di tanya, hiks).
Jadinya pas masuk pintu parkiran, kami shock liat tarif parkir dihitung per jam.
Yang bener saja, masa iya kami tekor bayar parkir gegara nginap di sini.

Mau nanya, gak ada orang sama sekali di sekitaran parkir, akibatnya kami tetapkan keluar lagi menuju lobby. (capedeh!)
Di pintu keluar kami akibatnya sanggup nanya petugas yang ada, ternyata kami kudu minta stempel dulu di resepsionis pada karcis parkir yang ada, semoga parkirnya free.

Jadilah, kami keluar trus masuk lagi (habis waktu alasannya muter-muter parkirannya hahaha)
Berikutnya kami masuk parkir, di petunjuknya kami wajib parkir di basement, gak duduk kasus deh, dalam bayangan saya kan naiknya sanggup pakai lift.

Lalu sehabis parkir, kami membawa barang-barang yang seabrek, dan masuk ke pintu kecil jalan masuk parkiran.
Betapa terkejutnya kami, gak ada lift dong di basement, kami harus naik tangga sebanyak 2 lantai untuk hingga di lantai lobby tadi, jalan masuk lift hanya ada di lobby tersebut.
Yang bikin keki adalah, sudah naik tangga ngos-ngosan gak karuan, gak ada petunjuk sama sekali yang menyampaikan kami harus lewat mana, bahkan kami nyaris kesasar di lantai bawah daaann suasananya sepiii banget bikin bulu kuduk berdiri.

Seramnya ketambahan alasannya ada ukiran-ukiran kayu berbentuk patung gitu (oke, saya emang lebay dan penakut).
Dan akhirnya, sehabis ngos-ngosan, hingga juga kami di lantai 6 yang dimaksud.

Selepas keluar lift, kami harus berjalan lagi menyusuri lorong yang lengang, wangi sedikit apek pada karpet menyapa kami, beruntung hari masih sore dan sinar matahari masuk ke lorong hotel dari jendela yang terbuat dari beling dan terbuka lebar.

Letak kamar kami agak jauh dari lift, dan sehabis ketemu kamarnya kami membuka pintu kemudian takjub!

Alhamdulillah kamarnya tidak mengecewakan luas dan bersih. Lantai kamarnya terbuat dari parket, kasurnya tidak mengecewakan luas dengan bed cover yang bersih. Lampu-lampunya berfungsi semua (ini penting mengingat di malam sebelumnya kami nginap di hotel minim cahaya di Cirebon).
Baca : Review Hotel Sapadia Cirebon, Ketika Bau Rokok Mengganggu
Kamar mandinya juga higienis dan berfungsi baik, awalnya sedikit parno mengenai kamar mandinya, alasannya sekilas hotel ini menyerupai sudah usang usianya, namun tampaknya pihak hotel merenovasi kamar mandinya sehingga jadi lebih baik dan gak bau.


Fasilitas toiletrisnya juga lengkap, minusnya cuman 1 gak ada hair dyer dan colokan listrik di kamar mandi bersahabat banget ama kran wastafel (eh itu 2 yak?, lol). Takut aja gitu nanti kesetrum pas air muncrat ketika sedang cuci wajah.

Kamar tidak mengecewakan luas dengan lantai parket

Ranjang tidak mengecewakan luas dan empuk, si abang dan adeknya girang

Ada pintu di samping kamar, yang semula saya bergidik membayangkan film horor, lol


Fasilitas lainnya, ada mini lemari es, AC yang dingin, air mineral 2 botol lengkap dengan pemanas air dan kopi, gula serta teh juga cangkir dan pengaduknya.
TV dengan banyak saluran dan jernih.

Dan lemarinya?
Saya tertegun melihat pintu di samping kamar, sekilas pintu itu menyerupai pintu lemari yang besar, seketika saya buka dan terkejut, ternyata pintunya double sodara, pas mau buka pintu satunya, saya tiba-tiba merinding, teringat adegan film horor yang mana ada sebuah pintu diam-diam yang bersama-sama gak boleh dibuka.

Jreng!!

"ya elah, lebay amat. ini kan pintu buat tembus ke kamar sebelah, biasanya buat antisipasi keluarga yang ambil 2 kamar" kata papi, lol.
 Iya, saya emang lebay banget, entah imbas lapar berat yang mana semenjak pagi cuman makan 2 sendok nasi goreng doang.

Saat menuju jendela dan menyibak gorden, saya takjub dengan pemandangan kota Jakarta yang...
.
.
.
Biasaaa aja hahaha.
Pemandangan kolam renang dari lantai 6, kamar kami

Namun di balik pemandangan kota yang langitnya suram entah alasannya polusi, di bab bawah ada pemandangan menarik berwarna biru, dialah kolam renang!
Langsung deh si abang histeris minta renang hahaha.

Kami tetapkan akan order go food saja, melihat sajian di resto hotel harganya bikin nangis, namun akibatnya saya mengurungkan niat alasannya membaca bahwa ada larangan membawa masakan dari luar ke hotel (saya emang kadang terlalu patuh pada peraturan).

Akhirnya, si abang dan adiknya berganti baju renang dan kami segera keluar untuk makan siang kesorean di McD yang gak jauh dari hotel, makannya di parkiran McD saja semoga gak makan waktu lama, sehingga kami gak kesorean untuk berenang.

Kolam renangnya tidak mengecewakan asyik, tidak mengecewakan luas dan juga bersih, airnya gak terlalu wangi kaporit kayak kebanyakan kolam renang di Surabaya, lol.
Hanya saja petugasnya gak ada di daerah sehingga galau kalau mau ppinjam handuk, untungnya kami selalu gak berharap ama pihak hotel, jadi kami bawa handuk sendiri dari kamar.

Malamnya kami tertidur dengan nyenyak, meskipun kata papi mendengar suara-suara langkah kaki yang sehabis diliat di luar kamar gak ada orang, hiii... untung si papi ngomongnya pas kami udah di rumah hahaha.

Paginya drama terjadi lagi, kami hendak bersiap ke kolam renang mengantar si abang dan si bayi renang, namun sebelumnya kami mampir di restoran buat sarapan.
Restorannya terletak di area loby, namun tidak bercampur dengan area tunggu yang memang luas.
Oleh pelayan di restoran kami diminta ke resepsionis dulu.
Daaann... sehabis usang menanti konfirmasi, akibatnya sayapun sadar.

SAYA MEMESAN KAMAR TANPA SARAPAN SODARAH!!

Malunyaaaaaaa hahaha.

Si resepsionis yang kali ini seorang laki-laki (dan lagi-lagi minus senyum) menyarankan kami ambil paket sarapan saja, per pax 125ribu.
Saya terbelalak, kalaupun kami ambil 2 pax, atuh mah 250rebo buat makan di McD udah kenyang sekenyang-kenyangnya tuh kami sama dessert dan lain-lain (emak irit)

Akhirnya kami berkilah mau renang dulu, nanti aja sarapannya sehabis renang, dan kami eksklusif kabur ke kolam renang hahaha.

Emak sanggup istrahat tiduran sejenak di samping kolam renang

Beruntung, jalan masuk kolam renangnya ada di lantai 2 yang mana kalau selesai renang si resepsionis gak bakalan liat kami balik ke kamar.

Secara keseluruhan, kelebihan hotel ini yaitu :
  1. Terletak di sentra Jakarta dan bersahabat dengan daerah masakan cepat saji (buat yang terburu-buru).
  2. Harga kamarnya tidak mengecewakan terjangkau untuk pemesanan melalui aplikasi online.
  3. Kamarnya luas dan higienis serta nyaman.
  4. Kamar mandi juga luas, higienis dengan toiletris yang lengkap.
  5. Wifi tidak mengecewakan kencang.
  6. AC dingin, kulkas berfungsi baik, lampu juga menyala semua, Channel TV banyak dan jernih.
  7. Lantainya parket sehingga gak masbodoh jikalau gak pakai sandal.
  8. kolam renang bersih, luas dan airnya gak wangi kaporit (sebaiknya berenang di pagi hari banget, alasannya di atas jam 8 pagi, kolam renang jadi ramai banget).
  9. Kedap suara, selain suara-suara yang didengar papi dari lorong depan pintu kamar.
Sedang kekurangannya yaitu :
  1. Atuh maaahh, itu resepsionisnya mbok ya dilatih cara senyum yang baik, kasian kalau cemberut mulu, cepat tua, lol. 
  2. Resepsionis kurang ramah dan minim penjelasan.
  3. Lorongnya agak serem dan berbau agak apek.
  4. Petugas kolam renang juga kurang tanggap (namun alasannya kami emang terbiasa mandiri, hal ini gak jadi masalah).
  5. Colokan listrik di kamar mandi sanggup berbahaya alasannya terlalu bersahabat wastafel.
Itu saja kali ya kekurangannya, over all bersama-sama kami puas akan kamarnya, maklum di Solo dan Cirebon kami nginap di hotel yang kurang memuaskan, The Acacia Jakarta menjadi hotel dengan kamar yang nyaman berdasarkan kami.

Saran saya,semoga administrasi hotel sanggup mengajarkan kepada resepsionisnya untuk lebih ramah dan murah senyum, alasannya pas liat review orang-orang di Google , masalahnya kebanyakan hanya di seputar kekesalan mereka terhadap resepsionis yang mahal senyum tersebut.

Berikutnya bakalan nginap di sini lagi?
Mmmmm... kayaknya entar dulu deh, alasannya ternyata masih banyak hotel lain yang lebih manis dengan harga yang sama.

Ada yang pernah menginap di hotel ini? share di komen yuk!

Semoga manfaat :)

TPJ AV - 23 Juli 2018

Love