Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tentang Marketing Yang Suka Bohong (?)


Assalamu'alaikum.

#MondayBusiness

Satu hal yang tak pernah benar-benar disadari orang banyak adalah, kalau dalam hidup kita selalu bergantung pada marketing.
Mulai dari kita tercipta dalam bentuk janin, ibu kita butuh marketing untuk tahu dokter / nakes mana yang cocok untuknya dalam membantunya menjaga kita hingga lahir nanti.

Pun juga sesudah lahir, ibu kita butuh marketing lagi, untuk memilih di mana kita bakal dilahirkan, butuh marketing untuk dokter anak / nakes yang bakal menangani kita kalau ada dilema kesehatan, serta segala macam kebutuhan kita.

Apa itu marketing?


Beberapa orang menyampaikan bahwa marketing itu 'makelar everything' hahaha.

Padahal yang namanya marketing atau pemasaran ialah aktivitas, serangkaian institusi, dan proses menciptakan, mengomunikasikan, menyampaikan, dan mempertukarkan proposal yang bernilai bagi pelanggan, klien, mitra, dan masyarakat umum.
Pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhan insan yang kemudian bertumbuh menjadi keinginan manusia. (Wikipedia)

Dalam hal di atas, ibu kita sebagai masyarakat umum sangat butuh isu dan rekomendasi marketing dari hal yang beliau butuhkan, hingga hal-hal yang diinginkannya.

Sayangnya, dalam perkembangannya, marketing jadi dibenci banyak orang, sehingga bahkan dengar kata marketing saja, semua dijamin menjauh alias kabur atau menghindar.

Mengapa menyerupai itu?
Padahal kan marketing sebetulnya amat sangat diperlukan masyarakat umum.

Mungkin saja, sebab tingkah laris para marketing jaman old yang cara pemasarannya gak sempurna atau bahkan asal-asalan tanpa penuh taktik hanya fokus pada sasaran hingga melupakan attitude.

Marketing yang bikin gak nyaman


Saya sendiri, dulu pernah sangat benci sama yang namanya marketing. Benci banget!
Saking bencinya, setiap kali ketemu marketing, masih dalam jarak sekilo meter saya sudah angkat tangan seolah menyampaikan TIDAK, meskipun belum juga disamperin hahaha.

Beberapa marketing yang selalu saya musuhin adalah,

SPG di toko baju atau semacamnya.

Atuhlaaah, saya benciiii banget, gres aja masuk ke sebuah toko, outlet atau butik, tapi SPGnya udah siap menguntit ke mana-mana, seperti saya mau ngutil baju atau apa gitu.

Lebih parah lagi, kalau pas saya pilah pilih baju, gres saja saya letakin kembali eh si SPG udah pribadi benerin letaknya, ditambah wajah jutek pula. OMG pengen saya cari managernya biar beliau dikasih cuti aja, CUTI SELAMANYA maksudnya hahaha.

Lebih parah lagi kalau ditanya, jawabnya hirau tak acuh, pribadi deh saya keluar sambil ngomong "males ah, si mbaknya gak butuh customer, semoga harapannya terkabul, aamiin"
Iyaaaa... saya hingga sekejam itu, saking kesalnya hahaha

Marketing kartu kredit.

Ya ampun, semenjak zaman jebot, saya paling malas ama yang namanya kartu kredit, sadar diri sayanya, soalnya kebanyakan maunya, daripada gak arif nyetop keinginan, mending jangan deh punya-punya celah buat ngutang.
Seumuran hidup, saya hanya pernah 1 kali apply kartu kredit, BCA. Waktu itu, saya terpaksa ngasih data, sebab si marketing melassss banget.

Iyaaahh, saya perempuan kejam terdahap marketing anoyying, tapi berhati lembut, jadi gampang dirayu dengan wajah melas hahaha.
Untungnya, waktu itu data yang saya kasih gak lengkap, dan gak singkron, alhasil ajakan (yang aslinya dipaksa minta ama marketingnya) tidak di approve oleh pihak bank, Alhamdulillah :D

SPG susu formula bayi

Waktu abang Darrell masih bayi, beliau minum susu formula sebab maminya cemen gak mau usaha kasih ASI (ngaku aja sendiri, biar gak dinasehati, di judge?, biarin, lol).
Alhasil tiap bulan saya pastilah mengunjungi lorong susu formula di supermarket.
Dan setiap kali itu pula saya kesaaalll banget ama SPG susu formula yang terlalu bernafsu gak pilih target.
Hasilnya? saya kesal dan kadang kalau mereka minta data, saya kasihnya nomor HP yang salah hahaha.
Ya ampuuunnn, betapa jahatnya saya.

Akhirnya kualat!


Setelah keusilan-keusilan tersebut, kesannya saya kualat.
Saya malah jadi marketing sodara! meskipun ya marketing online.
Saya mulai berbisnis online, dari jualan baju online, jualan makanan ringan manis online hingga bisnis MLM secara online.

Gak kurang annoying gimana coba, kalau dilihat sebagai orang awam.
MLM boookkk, niscaya kerjaannya rekrut, IYA SIH, lol!

Sekilas, saya semacam dieksekusi oleh alam, gegara suka banget isengin para marketing, jahatin mereka, meskipun mereka sendiri yang minta di jahatin saking gak mau berguru jadi marketing yang ELEGAN.

Tapi, justru sebab saya jadi marketing itulah, terlebih ikutan dalam bisnis MLM, yang mana kalau Rey mengerjakan sesuatu, APAPUN ITU!, niscaya total banget.
Saya malah jadi tahu banyaaakk banget ilmu wacana MARKETING.

Benarkah para marketing suka bohong?


Apa yang ada dibenak teman-teman (khususnya orang awam) dalam mendengar marketing?
Khususnya marketing MLM, kartu kredit, Asuransi, Investasi dan semacamnya?
Sudah niscaya sama kayak saya dahulu, menganggap bahwa marketing ituu..

SUKA BOHONG!!!

Padahal, tidak menyerupai itu loh!

Para marketing atau pebisnis MLM misalnya, MLM Oriflame aja deh contohnya, soalnya saya pengalamannya ikut Oriflame, yang lain belum pernah.
Baca : Rahasia Yang Jarang Terungkap Dari Kerugian Bisnis Oriflame, Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Kata orang,
"para pebisnis atau marketing Oriflame itu suka banget bohong, kalau merekrut atau jualan, yang dibahas niscaya cuman enak-enaknya saja, yang gak enaknya niscaya disembunyikan."
Atau, para marketing asuransi deh, ini juga salah satu pekerja yang saya benci dulunya, iyaaa.. sama kayak evaluasi orang awam,
"marketing asuransi itu berapi-api banget nawarin produknya, yang manis-manis aja yang dibahas, yang pahitnya disembunyikan"

Benarkah??

Padahal,  tidak selamanya menyerupai itu.
Bukan maksud para marketing itu menutup-nutupin.

Hanya saja, kiprah mereka menjual, dan untuk menjual mereka harus menerangkan kelebihan apa yang dijual, meskipun bukan berarti gak ada kekurangannya sama sekali.
Mana ada coba hal yang gak ada kekurangannya di dunia ini? 

Lebih jelasnya, saya kembalikan pada paragraf awal di atas.

Misal, sang ibu sedang hamil, kemudian mencari seorang dokter kandungan, berdasarkan kita, kita marketing dokternya menyerupai :
"Oh dokter A, beliau rekomended banget, baik, sabar, teliti, TAPI ada 11 pasien yang beliau tangani meninggal dunia, masuk akal kan, namanya juga manusia, niscaya akan mati"

Kira-kira kalau ada marketing kayak gitu, sang ibu bakal rela diperiksa dokter tersebut??? lol.

Padahal, pasien yang meninggal itu juga mungkin bukan sebab kesalahan dokter, memang sudah takdirnya demikian, dokter kan cuman membantu, yang memilih Allah.

Tapi, kalau kesannya si ibu sudah kenal dokternya, sudah mengerti kalau hidup matinya seseorang itu di tangan Allah, beliau mah gak dilema dengan kenyataan bahwa ada pasien yang ditangani dokter tersebut meninggal.

Nah sama dengan produk yang dijual, misal bisnis Oriflame.
Kalau saja orang yang belum tahu apa-apa, terlebih belum punya basic wacana bisnis sama sekali, diajak berbisnis dengan iming-iming,
"Nanti kau bakalan jalan-jalan gratis keluar negeri, tapi kau kudu kayak sering begadang, harus siapkan waktu apapun yang terjadi, harus sabar menghadapi downlinemu yang mungkin rewel dan malas sedang kau butuh poin (lol), dan lain-lain yang gak enak"
 Di jamin, semua orang awam, udah pada kabur duluan hahaha.
Padahal, benefit yang ditawarkan amat sangat jauh di atas usaha tersebut (jika berjodoh rezeki, lol).

Atau juga, dengan marketing asuransi, belum juga apa-apa kita sudah disodorin, dengan bermacam-macam biaya admin A, biaya admin B dan semacamnya, padahal benefit yang didapat amat sangat banyak ketimbang biaya-biaya tersebut.

Yang ada, orang awam udah keburu kabur, gak mau meski hanya sekadar kenal dulu, padahal yang namanya asuransi juga manis untuk mencover di mana sulit.

Jadi, pada dasarnya menyerupai itu.

Bukan sebab marketingnya yang suka bohong, bukan pula marketing ialah makelar everything.
Terlebih juga kalau kita sadar betul, bahwa sebetulnya kekurangan-kekurangan yang tidak pernah diungkapkan di awal oleh para marketing tersebut ialah HAL YANG MASUK AKAL, misal biaya admin sebuah asuransi atau investasi, waktu yang terpakai untuk berbisnis dan semacamnya.

Semua yang dilakukan marketing hanya sebab menjaga mental kita supaya gak down duluan.

Jadi, masihkah kita alergi dengan marketing?

Jangan yak, ntar kualat kayak saya, hahaha
Ada yang alergi sama marketing?
Share yuukkk

Sidoarjo, 22 Oktober 2018

Wassalam

Reyne Raea