Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bukan Salahku Jikalau Terlahir Introvert

 

Assalamu'alaikum :)

"Rey, kau ngumpul-ngumpul sini loh, jangan ndekem aja dalam kamar!"
"Gak usah malu-malu di sini, Rey. Anggap saja rumah sendiri!"
"Kenapa sih Rey gak pernah mau membaur? saya aja sanggup loh membaur di manapun!"

Perkataan di atas sering banget saya dapatkan, terlebih kalau sedang berada di rumah mertua, gak tau kenapa, semua seolah memaksa saya 24 jam bercengkrama dengan semuanya, seolah saya benar-benar gak mau dan gak suka bercengkrama.

Dulunya saya mengira, diri ini memang pemalu.
Terutama alasannya memang tumbuh besar dalam keluarga yang kecil, gak pernah atau jarang banget bersosialisasi alasannya dihentikan bapak saya.
Sehingga keadaan tersebut membuat saya jadi perempuan yang minder dan pemalu.

Sampai saya mendapat sebuah kata INTROVERT.


Apa itu Introvert?

Introvert ialah kepribadian insan yang lebih berkaitan dengan dunia dalam pikiran insan itu sendiri. 
Jadi seseorang introvert ini lebih cenderung menutup diri dari kehidupan luar dan asyik dengan dunianya sendiri.

Orang dengan kepribadian introvert lebih senang menyendiri, menikmati kesunyian, senang dalam keheningan.
Istilah Introvert sendiri dipopulerkan oleh Carl Jung, seorang psikiater dari Swiss.

Masa kecil yang kurang indah dan tertutup

Terlahir dari seorang ibu yang sensitif dan bapak yang pemarah, membuat masa kecil saya terasa kurang indah. Mama yang sering ngomel dan menyalahkan kami atas ketidakbahagiaannya.
Bapak yang sering marah-marah dan ikut menyampaikan bahwa gegara kami beliau hidup susah, membuat saya tumbuh jadi anak yang minder.
Baca : Happy Birthday Rey! Jadilah Wanita Yang Ikhlas
Hal tersebut semakin diperparah, alasannya masa kecil saya dihabiskan dengan kurangnya bersosialisasi dengan dunia sekitar.
Saya hanya sanggup ketemu orang lain ketika sekolah, thats way saya suka banget ama sekolah. Karena bakal ketemu teman-teman.

Selain sekolah atau disuruh mama/bapak ke warung, saya gak boleh keluar, even itu keluar pagar.

Jangan harap sanggup ketemu saudara dalam program arisan keluarga, seingat saya sampai detik ini mama gak pernah ikut arisan, thats way juga saya gak suka ikut arisan, gak suka kumpul-kumpul, terlebih kumpul di rumah masak-masak dan makan-makan, sungguh saya benci hal tersebut.

Masa pembiasaan yang penuh tantangan

Setelah masa kecil yang penuh dengan pengasingan tersebut, saya hasilnya seolah menemukan jati diri ketika hasilnya bebas, jauh dari orang bau tanah dan keluarga ketika hasilnya sanggup ngekost ketika kuliah.
Sebelum sanggup ngekost, hidup saya sama saja kayak di rumah, tinggal di rumah om yang mana tantenya cerewet banget ngalahin mama saya.
Begini gak boleh, begitu gak boleh. Pulang harus sempurna waktu, bahkan ke warung saja butuh alasan berpengaruh gres dibolehin.
Dan ketika itu usia saya sudah 18 tahun, Oh em Ji!!

Setelah sanggup ngekost dan berakibat tante kesal pada saya, rasanya kebebasan dimulai.
Saya sanggup punya pacar, yup... saya punya pacar pertama kali ketika kuliah, penyebabnya ya gegara takut orang bau tanah dan keluarga serta minder.

Bisa berinteraksi dengan banyak teman.
Yup, saya ialah introvert yang berusaha banget sanggup jadi orang 'normal' , just like other people yang ternyata mereka ekstrovert (kebalikan dari introvert). Dan minimal saya sanggup menjadi ambivert (separuh introvert dan ekstrovert).

Bukan main tantangan yang saya rasakan ketika penyesuaian.

Saya memaksakan diri ikut kegiatan kemahasiswaan.
Dan saya begitu norak ketika itu.
Ada momen, saya nangis gegara merasa gak diperhatikan, jadi nangisnya semacam caper, ya Allah hahaha.
Ada momen saya harus berpura-pura jadi orang lain supaya saya diterima oleh orang banyak.

Yup, saya berusaha sangat keras untuk mendobrak perilaku introvert saya yang diperparah dengan masa kecil yang menyedihkan itu.

Bahkan, saya sempat jatuh sakit-sakitan ketika tetapkan menjalin korelasi serius bagaikan orang lain ibarat berpacaran, jatuh cinta pada orang yang salah dan semua dibentuk terlalu dramatis.

Ahhh sungguh saya selalu berusaha kok, hanya saja orang lain gak sanggup mengerti arti usaha saya.

Pada akhirnya, introvert tetaplah introvert.

Setelah usaha saya untuk menyesuaikan diri, supaya saya tidak terlihat ibarat orang aneh, supaya saya sanggup diterima banyak orang.
Pada akhirnya, saya sanggup 'naik kelas'.
Bisa punya banyak teman, saking banyaknya sahabat yang ada maunya saja tetep saya anggap temen hahaha.
Bisa punya daya tarik tersendiri dan disukai banyak sahabat laki-laki alasannya selalu sanggup masuk ke dialog mereka.
Bisa jadi sahabat yang ramai, yang kocak, yang suka menghibur.

Yup, saya seolah 'naik kelas' jadi ambivert.

Jadi, kalau ketemu orang baru, awalnya diam, tapi kalau sudah ngobrol bakalan jadi orang yang rame banget, selalu membuat kehangatan dalam obrolan.

Dalam keluarga gres alias keluarga suamipun gitu.
Meskipun bergotong-royong saya gak nyaman alasannya gak terbiasa punya banyak saudara di rumah, dan suami punya seabrek saudara.
Saya tetap berusaha masuk, ikutan ngobrol, ikutan bikin kocak, meskipun hasilnya garing hahaha.

Dan sehabis lelah dengan semuanya.
Pada akhirnya, saya tetaplah saya.
Seorang yang introvert.
Seorang yang bergotong-royong menyukai kesendirian, menyukai keheningan, menyukai kamar sendiri.
Seorang yang menganggap me time terindah itu ialah nonton DVD sendirian, ngemil sendirian, browsing sendirian, baca buku sendirian.

Jadi, di selesai situasi melelahkan kalau di rumah mertua, dipastikan saya bakal masuk kamar dan senang dengan kegiatan menyusui demi menyendiri sementara.

Bahagia dengan berkomunikasi via chat, even sama suami sendiri.
Jadi i hate so much orang yang suka nelpon terlebih untuk hal yang kurang penting.


Apakah itu semua salahku?
Saya rasa bukan!
Sayapun ingin terlihat 'normal' ibarat yang orang lain katakan normal.
Dan saya sudah berusaha keras untuk itu, dan itu sangaaaattt lah melelahkan.

Sungguh melelahkan memaksakan diri jadi orang lain.

Dan bukan pinta saya menjadi seorang introvert.

Btw, kalau sahabat baik yang sangat kenal saya niscaya gak percaya kalau saya orang yang introvert, alasannya di depan mereka saya bagai badut yang suka menghibur mereka.

Tapi inilah saya, seorang yang terlahir introvert.
Dan bukan mau saya menjadi ibarat itu.

TPJ AV - 12 Agustus 2018

Love

REYNE RAEA