Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Intelegensi Lengkap Ciri, Macam Dan Faktor Yang Mempengaruhinya

Inteligensi merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki manusia. Kemampuan inteligensi merupakan kecakapan umum dan bersifat potensial. Kecakapan ini bisa menjadi kecakapan positif dengan adanya proteksi lingkungan. Meskipun inteligensi sangat penting dalam pendidikan, rentang pemahaman wacana konsep intelegensi sangat bervariasi. Akibatnya muncul perdebatan mengenai konsep inteligensi dalam pelaksanaan pendidikan.

Pada pembahasan kali ini kami akan membahas wacana Intelegensi secara lengkap, mulai dari pengertian intelegensi, ciri-ciri intelegensi, macam-macam intelegensi, faktor-faktor yang menghipnotis intelegensi, intelegensi dan IQ, intelegensi dan bakat, intelegensi dan kreativitas, serta validitas dan reliabilitas tes intelegensi. Untuk selengkapnya, mari pribadi saja kita simak pembahasan dibawah ini.

 Inteligensi merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki insan Pengertian Intelegensi Lengkap Ciri, Macam Dan Faktor Yang Mempengaruhinya
Pengertian Intelegensi Lengkap Ciri, Macam Dan Faktor Yang Mempengaruhinya

Pengertian Intelegensi
Kata Intelegensi berasal dari Bahasa Latin yaitu “intelligere” yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Menurut Stern dan Claparde, intelegensi yakni kemampuan untuk mengikuti keadaan secara mental terhadap situasi atau kondisi baru. Menurut K. Buhler, intelegensi yakni perbuatan yang disertai dengan pemahaman dan pengertian.

Menurut David Wechsler, menyampaikan bahwa intelegensi yakni kapasitas untuk mengerti lingkungan dan kemampuan nalar kecerdikan untuk mengatasi tantangan-tantangannya. Kemudian pada kesempatan lain, David menyampaikan bahwa kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.

Ciri-Ciri Intelegensi
Dari beberapa pengertian intelegensi yang dsajikan diatas, sanggup disimpulkan ciri-ciri intelegensi, diantaranya yaitu:
  • Intelegensi tidak bisa dilihat secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari banyak sekali tindakan positif yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. 
  • Intelegensi tercermin dari tindakan yag terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan pemecahan kasus yang timbul dari padanya.

Macam-Macam Intelegensi
Intelegensi Terikat dan Bebas 
Intelegensi terikat yakni intelegensi suatu makhluk yang bekerja dalam situasi-situasi pada lapangan pengamatan yang berafiliasi pribadi dengan kebutuhan vital yang harus segera dipuaskan. Dalam situasi yang sewajarnya boleh dikatakan tetap keadaanya, maka dikatakan terikat. Perubahan mungkin dialami juga, kalau perbuatannya senantiasa diulang kembali. Intelegensi bebas dimiliki oleh insan yang berbahasa dan berbudaya. Dengan intelegensi yang dimilikinya, seseorang selalu ingin membuat perubahan-perubahan untuk mencapai suatu tujuan. Kalau tujuan telah sanggup dicapai, insan ingin mencapai tujuan yang lain lebih tinggi dan lebih maju.

Intelegensi Menciptakan (Kreatif) dan Meniru (Eksekutif) 
Intelegensi mencipta yakni kesanggupan membuat tujuan-tujuan gres dan mencari alat-alat yang sesuai guna mencapai tujuan itu. Intelegensi kreatif menghasilkan pendapat-pendapat gres seperti, kereta api, radio, listrik, kapal terbang dan sebagainya. Intelegensi memalsukan yakni kemampuan untuk memakai serta mengikuti pikiran atau hasil inovasi orang lain, baik yang diucapkan, dibuat, ataupun ditulis.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi
Pengaruh Faktor Bawaan 
Banyak penelitian memperlihatkan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu keluarga, nilai dalam tes IQ mereka berkorelasi tinggi (± 0,50). Diantara kembar hubungan sangat tinggi (± 0,90), sedang diantara individu-individu yang tidak bersanak saudara korelasinya sangat rendah (± 0,20). Untuk belum dewasa yang diadopsi masih mempunyai hubungan yang tinggi dengan ayah/ibu yang sesungguhnya (antara + 0,40 hingga + 0,50). Sedangkan hubungan dengan orangtua angkatnya sangat rendah (+ 0,10 hingga + 0,20). Kemudian, studi terhadap kembar yang diasuh secara terpisah memperlihatkan bahwa IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi. Ini memperlihatkan bahwa meskipun lingkungan kuat terhadap taraf kecerdasan seseorang, tetapi banyak hal dalam kecerdasan itu yang tetap tidak berubah. 

Pengaruh Faktor Lingkungan 
Intelegensi tidak sanggup terlepas dari otak. Gizi yang dikonsumsi sangat kuat pada perkembangan otak. Oleh sebab itu, terdapat hubungan antara konsumsi makanan yang bergizi dengan intelegensi seseorang. Konsumsi makanan bergizi yakni salah satu efek lingkungan yang amat penting. Selain gizi, ada rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga mempunyai peranan yang sangat penting. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa intelegensi bias menurun sebab tidak ada bentuk rangsangan tertentu dalam awal kehidupan individu. Dalam studi longitudinal, Skeels dan Skodak menemukan bahwa belum dewasa yang dididik dalam lingkungan yang kaku, kurang perhatian, dan kurang dorongan kemudian dipindahkan ke dalam lingkungan yang hangat, penuh perhatian, rasa percaya dan dorongan, memperlihatkan peningkatan skor yang cukup berarti pada tes kecerdasan. Zajonc dalam banyak sekali penelitian menemukan bahwa anak pertama biasanya mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dari adik-adiknya. Hal tersebut dikarenakan anak pertama hanya dikelilingi oleh orang-orang cukup umur untuk jangka waktu yang cukup lama. 

Stabilitas Intelegensi dan IQ 
Intelegensi bukanlah IQ, intelegensi merupakan suatu konsep umum wacana kemampuan individu, sedangkan IQ hanyalah hasil dari suatu tes intelegensi tertentu. Stabilitas intelegensi merujuk pada konsep yang umum wacana kemampuan individu. Intelegensi sangat dipengaruhi oleh perkembangan organik otak seseorang. Oleh sebab itu, sesuai dengan tahap-tahap perkembangan otak, maka pada masa-masa pertumbuhan (± hingga usia 20 th) akan terjadi peningkatan intelegensi. Setelah itu ada suatu masa-masa stabil, kemudian, sejalan dengan kemunduran organik otak, akan terdapat kecenderungan menurun. Sedangkan, stabilitas IQ tidak diukur semata-mata menurut perubahan-perubahan fisik (umur yang sebenarnya).

Baca Juga : Bagian Otak Manusia Dan Fungsinya, Lengkap Penjelasan Dan Gambar

Kematangan 
Kecerdasan tidak tetap statis, tetapi sanggup tumbuh dan berkembang. Tumbuh serta berkembangnya intelegensi sebagian besar sejalan dengan bertambahnya umur, perkembangan jasmani dan kemampuan lainnya yang sudah dicapai.

Intelegensi Dan IQ
Intelligence Quotient: kebanyakan orang beropini bahwa arti intelegensi dengan IQ yakni sama, padahal ke dua istilah tersebut mempunyai arti yang berbeda yang amat mendasar, arti intelegensi sudah di jelaskan diatas, sedangkan IQ atau kependekan dari Intelligence Quotient yakni poin yang didapat dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian IQ hanya menawarkan sedikit indeksi mengenai taraf kecerdasan seseorang secara keseluruhan.

Pada awalnya, skor IQ mula-mula di perhitungkan dengan membandingkan Chronological Age (CA) dengan Mental Age (MA). Jika kemampuan yang dimiliki individu dalam menuntaskan persoalan-persoalan yang terdapat dalam tes kecerdasan (umur mental) tersebut sama dengan kemampuan yang dimiliki individu seumuran ia pada dikala itu (umur kronologis), maka akan dihasilkan skor 1. Skor tersebut kemudian di kalikan 100 dan di pakai sebagai dasar perhitungan IQ. Bila MA lebih tinggi dari CA, akan dperoleh skor lebih tinggi dari 100 (yang mengindikasikan kemajuan intelektual). Sebalik nya kalau MA lebih rendah dari CA akan di peroleh skor ruang dari 100 yang mengindikasikan keterbelakangan intelektual.

Setelah otak mencapai kemasakan maka akan timbul masalah, menyerupai tidak terjadi perkembangan lagi bahkan pada titik tertentu akan mengalami penurunan kemampuan. Dengan demikian, CA terus bertambah, sedangkan MA akan mengalami slagnasi serta penurunan pada waktu tertentu, bila rumus diatas tetap di pakai, maka skor IQ seseorang akan turun drastis bila di ukur kembali sehabis ia berumur 50 tahun.

Within-group norms deviation IQ: kasus ini kemudian diatasi dg membandingkan skor seseorang dengan skor orang lain dalam kelompok umur yang sama, cara ini di sebut perhitungan IQ menurut norma dalam kelompok (within-group norms) hasil nya yakni IQ penyimpanan atas deviation IQ.

Intelegensi Dan Bakat
Intelegensi yakni sebuah konsep wacana kemampuan umum individu dalam berdaptasi dengan lingkungan. Dalam kemampuan umum individu ada beberapa kemampuan yang sangat spesifik yang menawarkan individu sebuah kondisi yang memungkinkan tercapainya kecakapan, pengetahuan atau keterampilan tertentu sehabis melewati sebuah latihan. Ini yang dinamakan talenta (aptitude).

Jika suatu tes intelegensi tidak di rancang khusus untuk menyikapi kemampuan-kemampuan yang khusus ini, maka talenta tidak bisa segera diketahui melalui tes intelegensi. Demikian juga, sebab rangsang lingkungan tidak dengan sadar di arahkan pada kemampuan-kemampuan khusus ini maka talenta tidak selalu dengan sendirinya menampakkan diri.

Alat yang digunakan untuk menyikap kemampuan khusus individu dinamakan aptitude test atau tes bakat. Karena sifatnya khusus maka tes ini di rancang khusus untuk mengungkap kemampuan yang amat spesifik, tes talenta yang digunakan untuk mengungkap prestasi berguru pada bidang tertentu disebut Scholastic Aptitude Test, dan yang digunakan pada bidang pekerjaan disebut Interest Inventory dan Vocational Aptitude Test. Graduate Record Examination (GRE) atau Tes potensi akademik (TPA) merupakan referensi dari Scholastic Aptitude Test. Sedangkan Kuder Occupational Interest Survey atau Differential Aptitude Test (DAT) merupakan referensi dari Interest Inventory dan Vocational Aptitude Test.

Intelegensi Dan Kreativitas
Kreativitas yakni salah satu ciri dari tingkah laris yang intelegen, sebab kreativitas merupakan bentuk dari suatu proses kognitif. Dengan demikian, hubungan antara intelegensi dan kreativitas tidak selalu memperlihatkan bukti yang memuaskan. Meskipun terdapat anggapan bahwa kreativitas mempunyai hubungan yang bersifat kurvalinear dengan intelegensi, akan tetapi bukti-bukti yang didapat dari beberapa penelitian tidak mendukung anggapan itu.

Skor IQ yang rendah akan di ikuti tingkat kreativitas yang rendah juga. Tetapi semakin skor IQ tinggi, tidak selalu di ikuti dengan kreativitas yang tinggi juga. Hingga pada skor IQ tertentu, masih ada hubungan yang cukup berarti. Akan tetapi kalau lebih tinggi lagi, ternyata tidak di temukan hubungan antara tingkat kreativitas dan IQ. Para andal sudah berusaha mencari tahu kenapa ini terjadi.

J. P. Gulford memberi klarifikasi bahwa kreativitas ialah sebuah proses berfikir yang bersifat differgent, yaitu kemampuan untuk menawarkan banyak sekali alternatif tanggapan yang sudah di berikan. Sebaliknya, tes intelegensi hanya di rancang untuk mengukur proses berfikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk menawarkan satu kesimpulan atau tanggapan yang logis sesuai dengan info yang di berikan. Ini yakni akhir dari pola pendidikan tradisional yang kurang memperhatikan perkembangan proses berfikir yang bersifat differgent, meskipun kemampuan ini terbukti memliki peranan penting dalam banyak sekali kemajuan yang di capai oleh ilmu pengetahuan.

Jawaban lain yang di berikan sehubungan dengan hubungan antara intelegensi dengan kreativitas yakni kurang jelasnya batasan kreativitas. Di satu pihak ada batasan yang menghendaki biar nilai sosial dari produk kreativitas ikut di cantumkan. Di pihak lain, ada batasan yang menjelaskan kegunaan kreativitas itu sendiri tanpa menyinggung nilai sosialnya. Batasan menyerupai ini juga di kemukakan oleh S. C. U.

Munandar, seorang psikolog yang menaruh perhatian besar pada pengembangan kreativitas di Indonesia yaitu “krativitas yakni kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berfikir serta kemampuan untuk klarifikasi terperinci (mengembangkan, memperkaya, dan merinci) suatu gagasan”. Bila batasan menyerupai di atas di sepakati oleh kebanyakan ahli, maka hubungan antara intelegensi dan kreativitas akan lebih gampang di ukur.

Validitas Dan Reliabilitas Tes Intelegensi
Kita sanggup bertanya apakah tes intelegensi yang sudah dirancang hingga dikala ini benar-benar mengukur intelegensi (apakah tes itu valid?) Dan bila tanggapan untuk pertanyaan itu yakni “ya”, apakah tes itu menawarkan hasil yang sama biarpun waktu dan tempatnya berbeda. Menjawab kedua pertanyaan diatas sangatlah riskan.

Semua tes intelegensi yang sudah ada hingga dikala ini dirancang untuk mengukur proses-proses mental yang diharapkan dalam rangka pendidikan. Dengan kata lain, tes intelegensi kebanyakan memakai prestasi sekolah sebagai parameter atau kriteria utamanya. Mereka yang mendapat skor tinggi dalam suatu tes intelegensi diharapkan berhasil dalam pendidikannya.

Berbagai penelitian memperlihatkan bahwa tes intelegensi memang mempunyai hubungan yang amat tinggi dengan prestasi sekolah. Kaprikornus dalam hal ini tes tersebut valid. Tes Intelegensi seharusnya tidak hanya berkolerasi dengan prestasi sekolah (lihat definisi intelegensi depan). Tes Intelegensi harus sanggup juga meramalkan keberhasilan seseorang di bidang-bidang yang lain dalam kehidupan yang lebih luas, menyerupai dalam kerir. Berbagai penelitian telah dilakukan dengan hasil yang mengecewakan. Berdasarkan hal ini, banyak andal yang tidak suka memakai tes intelegensi.

Culture-Fair 
Pernyataan validitasi, dan khususnya reabilitasi tes intelegensi menyangkut pada efek budaya. Bila tes sanggup dibentuk sama sekali tidak dipengaruhi oleh budaya (culture fair atau culture free), maka tes tersebut sanggup diharapkan realibel sanggup digunakan dimana saja. Seperti yang dikatakan diatas, kebanyakan tes intelegensi mengacu pada prestasi sekolah. Oleh sebab itu materi tes amat dipengaruhi oleh bentuk dan jenis info atau keterampilan yang diajarkan di sekolah. Mereka yang tidak bisa baca tulis, tidak mengenal simbol-simbol matematika, tidak mempunyai pengetahuan yang diperoleh di sekolah, niscaya akan dirugikan.

Pembakuan
Pembakuan (standardisasi) ini biasanya dilakukan didalam budaya Barat, ras kulit putih, dan dari kelas sosial ekonomi kelas sosial ekonomi menengah ke atas. Oleh sebab itu, bila tes dikembangkan dalam konteks ini digunakan begitu saja pada kelompok dengan latar belakang yang lain, maka kemungkinan besar tes tersebut menawarkan hasil yang amat beda. Pola berpikir spasial (ruang) pun tidak lepas dari efek ini sebab persepsi terhadap ruang juga dipengaruhi oleh kebutuhan dan kebiasaan.

Adaptasi Tes 
Adanya kasus reabilitasi ini mengharuskan setiap pemakai alat tes yang dirancang pada suatu budaya tertentu untuk mengadaptasikan alat tes tersebut dengan ciri-ciri kelompok yang akan ia dikenai dengan tes tersebut. Masalah pembiasaan tes ini merupakan hal yang serius untuk Indonesia sebab belum banyak tes intelegensi yang dirancang berdasarkan norma kelompok di Indonesia (TIKI, TIA). Lagi pula Indonesia yakni negara yang penduduknya beraneka ragam ciri-cirinya.

Sumber :
Ahmadi, H. Abu. 2003. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Irwanto. 2016. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Prenhallindo.
Atkinson, Rita L. dan Atkinson, Richard C. Pengantar Psikologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Sekian artikel mengenai Pengertian Intelegensi Lengkap Ciri, Macam Dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Semoga artikel ini sanggup bermanfaat bagi teman baik untuk mengerjakan kiprah maupun untuk sekedar menambah pegetahuan seputar apa itu intelegensi, ciri-ciri intelegensi, macam-macam intelegensi, faktor-faktor yang menghipnotis intelegensi, intelegensi dan IQ, intelegensi dan bakat, intelegensi dan kreativitas, serta validitas dan reliabilitas tes intelegensi. Terima kasih atas kunjungannya.

Pengertian Intelegensi Lengkap Ciri, Macam Dan Faktor Yang Mempengaruhinya
MARKIJAR : MARi KIta belaJAR


Sumber http://www.markijar.com/