Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bencana Dalam Pandangan Islam

Menurut Pandangan Islam

Assalamualaikum Warahmatullahi Wa'barokatuh sahabat , apakabar hari ini ? Semoga kabar baik dan selalu Dalam lindungan allah swt. Kali ini saya Luqmanul hakim selaku penulis dari akan memuliskan artikel perihal BENCANA DALAM PANDANGAN ISLAM, Dalam Al-Qur'an tragedi atau petaka disebutkan sebanyak 75 kali. Kata petaka sendiri mempunyai makna segala sesuatu yang tidak di kehendaki oleh insan dan tidak sesuai dengan hati nuraninya.

Dewasa ini, seringkali suatu peristiwa tragedi di hubungkan dengan azab atau pembinasaan. Bencana di artikan sebagai eksekusi ilahi kepada insan lantaran tidak mematuhi perintah tuhan.


 Semoga kabar baik dan selalu Dalam lindungan allah swt BENCANA DALAM PANDANGAN ISLAM

Padahal bersama-sama terdapat tiga macam artian tragedi bagi seseorang. Yaitu :


1. BALA' , ini ialah ujian yang mengangkat derajat seseorang jikalau ia bisa melewatinya dengan baik, penuh kesadaran, keikhlasan, dan tawakkal. Bala memperkuat keimanan dan memperkokoh ketaatan seorang hamba. Bahkan Bala juga menjadi media peleburan dosa bagi hamba yang bisa menjalaninya dengan baik dan penuh kesabaran.

2. IQOB, atau nama lainnya ialah Hukuman, Iqob ini terjadi apabila Manusia melampaui batas dengan melanggar aturan tuhan. Contohnya manakala insan mengeksploitasi sumber daya alam sehingga merusak nya dan mengganggu keseimbangan Alam.

3. AZAB, atau bisa disebut juga Pembinasaan. Bencana ini ialah apa ynang terjadi pada umat terdahulu yang menolak permintaan para Nabi untuk bertauhid kepada ALLAH SWT. Manakala para Nabi itu menyerukan keimanan, suatu kaum justru kian kian asyik karam dalam kekufuran. Sebagai respon dari ketidak patuhan secara berkesinambungan tersebut. Maka Allah mengirimkan petaka yang membinasakan suatu kaum.

Setelah menyimak uraian di atas, maka kita hendaknya tidak serta merta menyangkut pautkan suatu tragedi dengan azab. Sebab, bisa jadi petaka tersebut ialah Bala' , yang menguji keimanan seseorang. Terhadap petaka jenis ini, seorang muslim haruslah sabar dan ikhlas. 

Sementara itu, petaka yang turun sebagai eksekusi (iqob) menjadi suatu peringatan bilamana insan menyadari kesalahannya dengan selalu beristigfar, bertaubat, dan kembali kepada aturan-aturan Allah SWT, maka akan di angkat petaka tersebut dan mengangkat derajat mereka. Namu, jikalau petaka tersebut tidak kunjung menciptakan insan sadar, maka akan diturunkan petaka lagi hingga hari pembalasan dan menjadi azab untuk kaum tersebut.



Menghadapi Suatu Bencana


Sesungguhnya tida ada satu peristiwa yang terjadi di alam ini, melainkan atas izin dan kehendaknya. Inilah yang kita kenal sebagai takdir. Dalam Surat Al-An'am ayat 59 dan Al-Hadid ayat 22 disebutkan, bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia sudah tertulis di dalam kitab yang faktual atau Lauhul makhfuz.

Dengan menyadari bahwa segala petaka sudah menjadi takdir, maka suatu tragedi terjadi lantaran faktor alam dan insan sebagai alasannya ialah atau wasilah. Faktor alam misalnya ialah turunnya hujan sebagai siklus alam daur higrologis. 

Kemudian faktor insan turut berperan ketika hujan tersebut jatuh di lereng terbuka yang menimbulkan longsor. Hujan yang sama pun sanggup mengakibatkan banjir ketika kanal air tidak bisa lagi menampung lantaran tersumbat tumpukan sampah.

 Semoga kabar baik dan selalu Dalam lindungan allah swt BENCANA DALAM PANDANGAN ISLAM

Sunatullah ialah manakala terjadi relasi alasannya ialah jawaban antara fenomena alam dengan ulah insan yang mengakibatkan terjadinya bencana. Sesungguhnya relasi di antara kedua hal tersebut sangat erat. 

Manakala insan tunduk pada peraturan-peraturan yang sudah digariskan, termasuk dalam menjaga aturan keseimbangan alam, maka ALLAH SWT pun akan menjaga bumi dan apa yang ada di atasnya. Namun, jikalau pelanggaran terjadi, maka ALLAH SWT akan memperlihatkan peringatan dalam bentuk fenomena alam yang mengganggu kehidupan dan penghidupan insan atau peristiwa bencana.


Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa suatu petaka hendaknya kita hindari semenjak dini dengan cara mengelola resikonya. Pertama, kita perlu mengenali resiko bencana. Kedua, Kita perlu melaksanakan langkah-langkah antisipasi biar resiko tersebut tidak menjadi tragedi sesungguhnya. Kesadaran ini sangat penting dan sanggup kita lakukan dengan menjaga dan merawat anugerah ilahi kepada manusia.

Sebagai umat beragama, kita pun dilarang lupa untuk senantiasa berprasangka baik kepada ALLAH SWT. Saat tertimpa musibah, kita boleh bersedih, tetapi pada ketika yang sama kita harus menjaga perilaku dan verbal kita biar terhindar dari perilaku atau ucapan yang menciptakan ALLAH SWT kian murkah.

Suatu ketika Abdurrahman Bin 'Auf melihat Rasulullah SAW bersedih dan meneteskan air mata sesudah meninggalnya Ibrahim, putra Rasul. Abdurrahman pun menanyakan keadaan Rasulullah. Beliau menjawab " Ini Adalah Rahmat ". Kemudian Bersabda " Air mata boleh menetes, hati boleh sedih, tetapi verbal ini jangan hingga berkata selain yang menimbulkan Allah SWT ridho".

Sumber ini : Bunga Rampai Khutbah

Sumber https://pedialuqman.blogspot.com/