Ketika Darrell Menyayangi Masjid
Assalamu'alaikum :)
#RabuParenting
"Mi, Darrell boleh gak sholat di masjid?"
"Iya, boleh" (bukan iklan produk susu anak ya, hihihi)Lalu, berikutnya.
"Mi, Darrell pengen sholat di masjid ya?"
"Iya, segera siap-siap biar pas adzan pribadi berangkat ya"
"Baik mami"
Ibu mana yang gak meleleh terharu melihat anak menyayangi masjid?
Terlebih seorang ibu yang basic agamanya sangat lemah menyerupai saya?
Sungguh nikmat karunia yang selalu saya syukuri, melihat kenyataan si sulung, abang Darrell, semenjak masuk SD jadi begitu menyayangi masjid.
Yup, sudah setahun lebih terakhir ini, abang Darrell jadi menyayangi masjid.
Di mulai dari mengunjungi masjid untuk sholat Jumat walaupun sendirian, sebab papinya harus bekerja.
Hingga balasannya menambah waktu sholat Magrib dan Isha di masjid sebab ikutan ngaji di masjid.
Terharu..
Namun, semuanya tidak terjadi begitu saja, dan tanpa alasan.
Sejujurnya, saya lupa waktu pastinya, kapan si abang mulai menyayangi masjid.
Yang jelas, semenjak ia mulai tertarik main di luar rumah, lol.
Iya, alasan abang Darrell menyayangi masjid bergotong-royong bukan berawal dari penyebab ia alim banget.
Agak berlebihan mengharapkan anak jadi alim banget, melihat papinya jarang sanggup nemanin ia ke masjid sebab kesibukan bekerja.
Serta maminya yang gak punya ilmu mumpuni wacana agama Islam.
Membuat abang Darrell sanggup bersosialisasi
Masa kecil abang Darrell dihabiskan berdua saja bareng maminya, saya di rumah. Berhubung papinya kerja di proyek, waktu kerjanya amat sangat kurang manusiawi. Dari pagi hingga nyaris pagi, hiks. All in alias tanpa uang lembur pula (curhat! lol).
Jadilah, selama Senin - Sabtu saya bersama si kakak, ngendon saja dalam rumah, nonton TV, temanin main, dan sama sekali gak pernah keluar rumah, sebab maminya gak suka ikut ngerumpi bareng tetangga.
Baca : Jangan Diskriminasi Aku, Wahai Para Ibu Yang 'Beruntung'Gara-gara hal tersebut, abang Darrell tumbuh besar jadi anak yang gak mau ngomong sama orang lain, selain mami papinya.
Bahkan kami berinisiatif memasukan ia ke PG sewaktu usianya belum 3 tahun, demi mengajarkannya berani ngomong dengan orang lain, dan juga sanggup ketemu orang lain.
Tapi tetap si abang gak mau ngomong.
Sampai balasannya di awal tahun 2015 saya tetapkan kembali bekerja, dan si abang terpaksa dititipin (berasa barang yak) pada sebuah daycare.
Baca : Pengalaman Menitipkan Anak di Day CareAlhamdulillah, meskipun butuh waktu beberapa bulan, balasannya si abang mau juga berkomunikasi dengan orang lain.
Dan dari daycare tersebutlah, ia berguru bersosialisasi dan balasannya jadi pandai berteman dengan para sahabat sebaya di komplek kawasan tinggal kami.
Sejak lulus TK, abang Darrell kami masukan ke sekolah berbasic Islam yang masih tidak mengecewakan akrab dari kawasan kami.
Baca : #DiaryDarrell - Dari Biaya dan Test Masuk SDI Raudlatul Jannah Yang Penuh DramaAlhamdulillah, keputusan kami memasukan si abang di sekolah tersebut ternyata gak salah, si abang tumbuh menjadi anak yang mengerti ilmu agama Islam lebih mendalam ketimbang mami papinya.
Meskipun awalnya kami deg-degan, melihat biaya uang registrasi yang We o We banget, plus SPP perbulan yang jauh lebih mahal ketimbang biaya SPP saya waktu kuliah dulu, lol.
Dari sekolah, setiap hari di tempa dengan ilmu agama Islam yang baik.
Bahkan dengan kemajuan teknologi menyerupai sekarang, bahkan di final pekanpun, para ustadzah atau miss di sekolah masih juga mengingatkan para orang renta murid tanpa capek, semoga belum dewasa tetap diberi semangat untuk rajin sholat sempurna waktu, dan berbuat baik lainnya.
Ditambah dengan lingkungan yang Alhamdulillah baik, sebab akrab masjid.
Alhamdulillah, abang Darrell sanggup melewati masa kanak-kanaknya dengan penuh nilai-nilai keIslaman.
Tips Membuat Anak Mencintai Masjid, dari pengalaman pribadi
Berdasarkan pengalaman tersebut, saya ingin menyebarkan kepada ibu/mama/bunda lainnya, wacana bagaimana caranya abang Darrell, si sulung saya tumbuh jadi anak yang menyayangi masjid hingga ketika ini :
- Ajak anak dalam acara sholat dan ngaji di rumah. Meskipun saya gak punya basic agama yang mumpuni, namun Alhamdulillah, semenjak abang Darrell kecil, saya selalu mengajaknya sholat bareng, minimal pada waktu Dhuhur, Ashar, Magrib dan Isha. Tidak jarang pula, saya mengajak ngaji bareng, alias saya ngaji dan si abang cuman liatin saja dan kadang ia ikutan akal-akalan ngaji pakai Quran yang kecil hahaha. Dengan acara bersama tersebut, akan terekam dalam ingatan anak, bahwa sholat dan ngaji itu penting.
- Ajak anak berdoa bareng. Salah satu acara bersama yang paling kami sukai waktu abang masih kecil adalah, berdoa bareng khususnya selepas sholat. Dengan iming-iming beragam, misal "kakak mau jajan? yuk kita berdoa biar Allah ngasih rezeki buat beli jajan". Setelah berdoa, saya kirim pesan ke papinya buat beliin jajan jika pulang kerja, dan jika papinya pulang bawa jajan, saya selalu bilang, "Alhamdulillah, doa kita terkabul" . (maminya licik, demi anak cinta meminta pada Allah, lol).
- Filter lingkungan dan sahabat mainnya. Meskipun zaman kini banyak orang renta yang punya paham liberalisme dengan cara mengajarkan anak untuk tidak pilih-pilih teman. Saya tetap bergeming dengan pendapat, jika sahabat itu harus dipilah atau minimal difilter dengan baik. Mungkin sebab sewaktu kecil saya dididik dengan cara tersebut oleh bapak saya, dan Alhamdulillah saya mencicipi pengaruh positif dari peraturan yang dulunya bikin saya kesal, sebab bapak akan murka besar jika saya berteman dengan anak yang kurang pandai atau berprestasi di sekolah hahaha.
- Berikan pendidikan dini dengan basic agama Islam yang penuh. Saya dan suami sepakat, bahwa menentukan PG/TK dan SD bahkan Sekolah Menengah Pertama harus di sekolah yang berbasic Islam penuh. Mengapa? sebab usia PG, TK, SD dan Sekolah Menengah Pertama itu yaitu usia yang sangat sempurna untuk menyelipkan agama Islam dalam kehidupannya, sebab menyerupai yang kita tahu, di usia segitu otak anak merespon semua isu bagai spons kering, semua teresap dengan baik, dan bakal menjadi panutan hidupnya hingga cerdik balig cukup akal nanti. Selain itu, dengan menyekolahkan anak di sekolah Islam, akan ada orang lain yang sanggup mengajarkan dan mengingatkan anak wacana Islam, selain kita orang tuanya.
- Batasi waktu sosialisasinya. Apa? kok dibatasi? bukannya sosialisasi itu penting?. Iya memang sangat penting, tapi yang namanya anak-anak, mana ada sih yang pribadi tumbuh menyayangi Islam dengan baik sedang Islam mengajarkan kita untuk disiplin waktu dengan waktu sholatnya yang sehari ada 5 kali. Dengan dibatasi, si abang jadi mencari alasan untuk sanggup ketemu teman-teman, jadinya ia menggunakan waktu ke masjid sebagai cara sempurna sanggup keluar rumah. Awalnya memang terasa aneh, ke masjid bukan sebab menyayangi sholat. Tapi biarkan saja, dengan rajin ke masjid dan sholat berjamaah setiap hari, insha Allah akan menjadi kebiasaan baginya hingga cerdik balig cukup akal nanti. Tak problem alasan awalnya mungkin bukan sebab Allah, namun ketemu sahabat di masjid. Namun dengan rajin ketemu sahabat di rumah Allah, insha Allah bakal menciptakan ia semakin akrab dengan Allah, aamiin.
- The parenting is never ending sounding. Yup, sebab parenting terbaik adalah, dengan tak pernah berhenti atau capek mengingatkan anak, hingga semua kecerewetan orang renta seolah merasuk di dalam pemikiran anak dan menjadi kebiasaan baik untuk anak hingga ia cerdik balig cukup akal nanti. Namun pastikan cara soundingnya dengan baik dan lemah lembut ya, jangan kayak Rey yang kadang masih kelepasan, gegara kurang sabar hahaha.
Alhamdulillah, dengan cara sederhana tersebut, abang Darrell sanggup menyayangi masjid hingga ketika ini.
Meskipun ia belum sepenuhnya jadi anak yang manis, masih selalu bikin maminya naik darah ketika memintanya sholat Subuh, tapi bukankah ia masih anak-anak?
Semoga nanti abang Darrell selalu menyayangi masjid hingga cerdik balig cukup akal nanti, menjadi anak yang sholeh dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa.
Serta selalu menyebabkan alasan untuk orang tuanya semoga sanggup menjadi orang renta yang lebih baik lagi.
Aamiin..
Semoga manfaat :)
TPJ AV - 22 Agustus 2018
Wassalam
Reyne Raea