Kelebihan Dan Kekurangan Kumon Efl (English As A Foreign Language)
Assalamu'alaikum :)
Kelebihan Dan Kekurangan Kumon EFL (English as a Foreign Language)
Gak terasa, eh terasa banget ding, ternyata si abang sudah mengikuti les kumon selama 2 tahun lamanya.
Lebih terasanya sih ketika kardus demi kardus yang berisi kertas hasil pekerjaan rumah dan pekerjaan sekolah dari Kumon si abang menumpuk di sudut ruangan.
Karena aku termasuk jenis emak yang gak suka rumah terlihat penuh dengan barang gak terpakai, entah sudah berapa kardus dari kertas-kertas tersebut yang aku buang pak sampah.
Iya, si abang Darrell memang mengikuti les kumon, tapi bukan mata pelajaran MateMatika yang menyerupai diunggulkan oleh kumon, si abang malah ikutan mata pelajaran Bahasa Inggris yang biasa disebut dengan EFL (English as a Foreign Language).
Baca : #DiaryDarrell - Setahun Bersama KumonKakak Darrell memulai les kumon EFL dari level paling bawah yaitu 7A, dan hingga 2 tahun ini ia sudah hingga ke level E.
Oh ya, level di kumon itu dimulai dari 7A, 6A, 5A, 4A, 3A, 2A, 1A , B , C , D dan E, jadi selama 2 tahunan abang Darrell sudah menuntaskan sebanyak 11 level, wow..
Masih ada beberapa level lagi di atasnya, aku lupa hingga berapa tepatnya.
Dari 11 level tersebut, hitung deh sendiri berapa kertas yang sudah
= 2,200 lembar.
Itu belum termasuk pengulangan tiap title yang salah sedikit pun harus ngulang 2-3 kali, meski hanya kurang satu titik atau koma.
Kalau di rata-ratakan, kira-kira kertas yang terpakai sekitar 2,200 lembar x 2 = 4,400 lembar, banyak juga ya, lol.
Setelah menghabiskan ribuan lembar kertas, puluhan purnama *tsah, jutaan rupiah SPP bulanan, pastinya yang bakal ditanyain banyak orang, GIMANA HASILNYA? apa si abang udah cas cis cus bahasa Inggris? atau minimal pelajaran bahasa Inggris di sekolah udah sempurna?
Harusnya sih gitu ya? sebab meskipun zaman now, anak SD kelas 1 sudah kenal bahasa Inggris alias sudah harus berguru bahasa Inggris, tapi ternyata pelajarannya masih sederhana banget.
Jawabannya adalah, GAK JUGA! hahaha.
Selama 2 tahun berguru atau les kumon EFL, begini perkembangan si abang :
- Familier dengan kata bahasa Inggris yang pernah ia temui di kiprah kumon saja, beberapa kata diluar kiprah ia masih blank.
- Penulisan kata dalam bahasa Inggris yang pernah ia temui di kiprah kumonnya sudah sangat bagus.
- Pronounce kata dalam bahasa Inggris yang pernah ia temui di Kumon, sudah lumayan, meskipun ada beberapa yang aneh, salahnya juga sih si abang malas dengerin CD ketika ngerjakan kiprah atau PR kumon, dan maminya udah bener-bener angkat tangan mengingatkan ia untuk dengerin CD, cari kondusif aja deh, ketimbang naik darah mulu hahaha.
- Dia tetap gak mau memakai bahasa Inggris, padahal maminya suka ngajak ngomong pakai bahasa Inggris (seadanya) di rumah, tapi ia gak mau pakai bahasa Inggrisnya, katanya ini tuh Indonesia, kalau mau pakai bahasa Inggris, sana ke Inggris, lol.
- Dan maminya shock, waktu ke sekolah terima rapor ketika habis ujian simpulan tema kemaren, si ustadzahnya ngomong kalau si abang masih agak kurang di bahasa Inggris, hah??? seriously??. Kata si ustadzah pronounce nya gak tepat, iya sih si abang gak mau berguru pronounce kata yang belum pernah ia dapatkan di les kumonnya.
- Rajin ngerjakan PR kumon, meski kadang ngasal, atuh maaahhh, setiap kengasalannya, tersirat uang SPP kumon bakal terbayar makin panjang (emak hemat dan pelit emang beda tipis ya).
- Mungkin sebab terbiasa mengerjakan PR, ia masih gak terlalu sulit diminta berguru atau ngerjakan PR sekolahnya (good habbit dari mengerjakan PR kumon selama 2 tahunan).
Harapan saya, gak perlu lah jago cas cis cus bahasa Inggris, minimal ia mau sesekali berbahasa Inggris, menimpali maminya kalau ngajak ia ngobrol pakai bahasa Inggris.
Tapi memang, menyerupai yang aku tangkap semenjak awal mendaftar di kumon 2 tahunan lalu, setiap anak yang les kumon gak bikin mereka jadi hebat matematika atau bahasa Inggris, namun insha Allah punya good habbit yang dibuat dari PR tiap hari itu.
Karena itulah, balasannya per 2 tahunan ia di Kumon, kami memutuskan untuk si abang STOP IKUT KUMON EFL.
Namuuunnn, diganti ikut matematika saja.
Hah? kenapa Rey?
Ada beberapa pertimbangan kami untuk melaksanakan hal tersebut, di antaranya :
- Si abang agak kurang dalam matematika, semenjak naik kelas 2 SD kerasa banget efek kurang dalam perhitungan, jadi kami pikir si abang lebih butuh pertolongan dalam les matematika.
- Saya merasa kemajuan si abang dalam bahasa Inggris selama 2 tahun kurang signifikan, i mean, bahasa Inggris itu yang paling penting yaitu sanggup mengerti dan berbicara dalam bahasa Inggris, bahkan youtuber Suhay Salim pintar banget berbahasa Inggris padahal ia gak kursus, kuncinya ya mau berbicara dalam bahasa Inggris.
Prosesnya gampang kok, cukup tiba saja laporin kalau anak kita mau switching program saja, awalnya sih miss yang ngajarin bahasa Inggris merasa sangat 'sayang' sebab si abang udah menjalani 11 level, dan mengusulkan untuk ikut kursus 2 macam saja, bahasa Inggris dan matematika.
Langsung dengan cepat kami menolak (((cepat))), lol.
Secaraaaa.... gimana coba ikut dua mata pelajaran, satu matpel saja tidak mengecewakan bayarnya, 370 ribu per bulan boookk, belum SPP dan antar jemput sekolah si kakak,kerasa banget ngeheknya bookk hahaha.
Dan YANG PALING PENTING adalah, waktu buat si kakak.
Kasian banget ia makin kurus kering, Senin hingga Jumat jadwalnya padat banget.
Berangkat sekolah pukul 6 pagi, pulang ke rumah pukul 14.30, hingga rumah sholat, kemudian tidur sejam.
Nyuruh tidurnya buseeettt sulitnya, giliran sudah tidur, nyuruh bangunnya juga bikin naik darah maminya hahaha.
Dia harus tidur siang paling usang sejam ketika akan les yaitu Senin dan Kamis, sebab kalau enggak ia sudah berkali-kali ngantuk dan tidur di kelas ketika ngerjakan kiprah kumon.
Setelah tidur siang dan drama bangunnya, nyuruh mandinya pun drama abiiissss, sehabis itu drama lagi nganterin les dan jemput ia eksklusif di antar lagi ke masjid buat ngaji hingga sholat Isha.
Kasian banget, dari pukul 6 pagi hingga kadang pukul 21.30 (jika ada penilaian atau ujian) kegiatannya padat. Maminya juga kasian naik darah mulu mengawasi setiap detil waktunya semoga gak terbuang percuma, sebab ia butuh tidur cukup dan berdiri subuh semoga gak telat sholat subuh dan ke sekolah, fiuuuhhh..
Nah, sehabis 2 tahunan si abang mengikuti EFL, aku jadi ingin menyebarkan pengalaman apa sih kekurangan dan kelebihan kumon khususnya EFL BERDASARKAN PENGALAMAN SI KAKAK IKUT LES KUMON?
Kelebihan kumon EFL :
- Amat sangat berperan dalam mendisiplinkan dan menanamkan good habbit ihwal rutinitas disiplin ke anak, TENTUNYA DENGAN BIMBINGAN ORANG TUA, kalau enggak ya bisa-bisa yang ngerjain PRnya malah orang renta hahaha.
- Karena referensi PR yang setiap hari tanpa jeda, bahkan hari libur lebaranpun dikasih PR. hal tersebut menciptakan anak jadi mengasihi belajar. Mereka tidak lagi menganggap berguru yaitu hal yang menyebalkan, dan berguru itu ada liburnya. Saya oke banget dengan hal ini, sebab bekerjsama BELAJAR ITU SAMA DENGAN KERJA. Kalau kita menganggap kerja itu menyenangkan, maka seumur hidup kita bagaikan piknik mulu, sebab berguru bagaikan piknik.
- Pengetahuannya ihwal bahasa Inggris jadi lebih dini, minimal ia familier dengan beberapa kata, baik penulisan maupun pronounce-nya, yaaaa meskipun dalam hal conversation masih amat sangat jauh dari ekspetasi.
- Tidak recomended jikalau tujuan kita semoga anak sanggup dan mau serta lancar ngomong bahasa Inggris. Ini fatal banget sih berdasarkan saya, sebab yang namanya bahasa ya buat digunakan untuk bercakap-cakap, bukan cuman sekadar tahu saja. Karena hal tersebut, aku pernah menghubungi miss yang ngajarin ia di kumon, mengeluhkan kalau si abang kurang banget dalam conversation dan bertanya, kira-kira level berapa hingga mereka ketemu conversation?? dan ajaibnya berdasarkan miss-nya, gak ada conversation langsung, adanya ya conversation biasa saja dalam interaksi ketemu, kemudian mendengarkan CD.
- Dalam les kumon, TIDAK ADA SESI MENGAJARI KAYAK DI KELAS, mereka hanya datang, ambil lembar pekerjaan sekolah, kerjakan, kemudian diperiksa oleh guru/miss-nya, jikalau salah diajarin kemudian diminta perbaiki hingga benar, kemudian pulang deh. Makara terbayang kan tidak ada sesi conversation eksklusif dengan teman-temannya.
Dan hasilnya, ia kesal banget udah sebulanan ini setiap ngerjakan pekerjaan sekolah harus ngulang berkali-kali hingga 2 jam lebih, sebab gak boleh ngitung pakai jari hahaha.
Duh si Rey kok jadi emak yang jahat sih, maksa anak berguru matematika di kumon padahal anak gak suka?
Oh tenang, aku mah udah berkali-kali nawarin semoga si abang berhenti ikut kumon, tidak mengecewakan kan duitnya, mending ikut les di kawasan lain (((yang lebih murah maksudnya, lol))).
Tapi si abang berkali-kali menolak dengan tegas.
Ya sudah deh, jadinya ia tetap saja ikut les dan kesal kalau balasannya ia gak bsia ngaji dan sholat di masjid sebab waktunya selalu kepakai buat membenarkan kiprah kumonnya di kawasan les.
Lalu bagaimana dengan perkembangan Darrell sehabis mengikuti les kumon matematika selama sebulan ini?
Belum ada perubahan yang signifikan sih, orang di sekolahnya sudah masuk ke perkalian, sedang di kumon gres masuk ke penjumlahan, itupun kagak boleh pakai jari atau alat bantu apapun, alhasil si abang masih sibuk menikmati sebalnya tapi gak mau berhenti juga dari kumon hahaha.
Lalu bagaimana dengan pelajaran bahasa Inggris si kakak?
Well, kami sih berencana memasukan si abang di kawasan les lainnya, yang niscaya lesnya harus mengutamakan CONVERSATION! penting tuh!.
Ada beberapa kawasan yang sudah aku survey, namun masih terkendala waktu dan jarak kawasan les dari rumah.
Jadi, bagaimana dengan ibu/mama/bunda/mami?
Ada yang anaknya masih setia ikut les di kumon? atau barusan ingin berniat memasukan anaknya di kumon?
Share di komen yuk.
Semoga bermanfaat.
Sidoarjo, 06 Oktober 2018
Wassalam
Reyne Raea