Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Naksir Adiknya, Malah Berjodoh Dengan Kakaknya


Assalamu'alaikum :)

#FridayRelationship

Ada yang bilang, hal yang terjadi pada orang tua, besar kemungkinan bakal terulang di anaknya.
Misal, orang bau tanah menikah beda agama, biasanya ada satu orang anaknya yang bakal berhadapan dengan problem tersebut bahkan ikutan hal yang sama.
Meskipun tidak sanggup disimpulkan bahwa hal tersebut bakal terjadi ke semua orang, tapi terjadi juga pada beberapa orang.

Salah satunya ialah kisah orang bau tanah saya sendiri yang terjadi pada anaknya.

Alkisah, berdasarkan kisah tante-tante dan bibi-bibi saya, dulunya bapak saya bergotong-royong naksir pada abang mama.
Sayangnya, si tante (kakaknya mama) sama sekali gak suka sama bapak saya yang meskipun ganteng (jiah) tapi masuk golongan anak muda yang bandel.
 Baca : Kisah Awal Terlahirnya Seorang Reyne Raea (judulnya penuh dengan narsisisme, lol)
Karenanya, setiap kali bapak main ke kos tante, si tante malah kabur, dan alasannya ialah di kos tersebut ada mama saya yang gak tega melihat si cowok ganteng tersebut selalu dicuekin oleh kakaknya.
Akhirnya mama lah yang sering menemani kalau si cowok berkunjung.

Dan, ibarat kata pepatah, "Cinta hadir alasannya ialah terbiasa", ibarat itulah kisah cinta mama dan bapak saya bermula.

Dan siapa sangka?
Belasan tahun berlalu, mama dan bapak risikonya dikaruniai 2 anak gadis yang cantik-cantik *uhuk.
Si anak pertama, tumbuh jadi gadis yang cantik, berkulit putih bersih, berhidung mancung, ditaksir beberapa lelaki ganteng.
Sedang si anak kedua, tumbuh jadi gadis yang sedikit pendiam, minder, berkulit sedikit gelap, berhidung ibarat tomat (kata kakaknya), dengan badan yang kata temen-temannya 'kutilangdarat' hahaha.

Dengan keadaan tersebut, sudah dipastikan sang abang dengan gampang sanggup mendapatkan pacar, sedangkan si adik harus tumbuh sampaumur dengan rasa minder, tak ada lelaki yang mau meliriknya.
Sedih ya.

Sampai akhirnya, si adik lulus STM.
Dia lulus lebih dulu dari kakaknya, meski ketika sekolah mereka masuk secara bersamaan dikarenakan usianya hanya terpaut setahun.
Kakaknya lulus setahun kemudian, alasannya ialah ketika naik kelas 2 SMA, beliau malah mengulang lagi di kelas 1 alasannya ialah mendaftar masuk di sekolah perawat kesehatan.

Setelah si adik lulus STM, bersama sahabat karibnya beliau berangkat ke Kendari untuk mengikuti UMPTN di Unhalu.
Saat itulah beliau bertemu dengan seorang lelaki cuek, saudara sepupu dari sahabat karibnya tersebut.
Dan siapa sangka? lelaki hirau taacuh tersebut risikonya jatuh cinta padanya hingga level tergila-gila.

Okeh, hingga di sini harap siapkan kersek untuk berjaga-jaga biar terjaga mualnya, lol.

si lelaki tersebut benar-benar tergila-gila padanya, hingga di usia si perempuan masih 17 tahun, si lelaki nekat hendak tiba melamarnya, hahaha.

Sayangnya, si gadis menolak cintanya, selain takut oleh hukum bapaknya yang gak membolehkan anak-anaknya pacaran sebelum lulus sekolah dan bekerja.
Pun si gadis gak punya perasaan apapun terhadap si lelaki.

Waktu berlalu, si gadis risikonya meninggalkan kawasan orang tuanya, menuju Surabaya untuk kuliah.
Seketika si gadis lega, alasannya ialah jarak memisahkan beliau dengan lelaki nekat yang membuatnya gak nyaman itu.
Tapi, kelegaannya hanya bertahan beberapa hari.
Lalu, tiba-tiba telepon di rumah om nya, kawasan beliau tinggal ketika pertama kali tiba ke Surabaya) berdering, entah dari mana si lelaki sanggup menemukan nomor telepon tersebut.

Setelah beberapa usang menahan risih serta menolak mendapatkan telepon yang amat mengganggu tersebut, risikonya beliau sanggup bebas sepenuhnya dari si lelaki, sesudah beliau menentukan tinggal di kos-kosan dan merahasiakan nomor teleponnya dari teman-temannya.

Waktu terus berlalu, si gadis malah sudah mempunyai pacar dan melupakan si lelaki yang nekat tersebut.
Hingga risikonya beliau lulus kuliah dan terpaksa pulang ke kawasan orang tuanya.

Ternyata, kepulangannya di kawasan orang tuanya membuka lembaran usang bagi si lelaki nekat tersebut.
Entah dari mana awalnya, tiba-tiba si lelaki menemukan nomor kontaknya, dan mulai menerornya lagi ibarat dulu.

Dari sahabat karibnya dulu (sepupu si lelaki tersebut), si gadis mengetahui bahwa si lelaki tersebut sedang berada di perbatasan negara.
4 Tahun sudah beliau menjadi tentara dan mengabdi pada negara di wilayah perbatasan.
Si gadis begitu lega mengetahuinya, alasannya ialah dengan itu beliau gak perlu khawatir bertemu si lelaki tersebut.

---------------------------------------

Begitulah...

Kisah cinta yang tak pernah terbalas dari seorang lelaki yang risikonya menjadi abang Ipar si Rey, hahaha.

Loh, kok bisa?

Jadi...

Boleh dilanjutkan gak nih, kisah usang gaje ini? lanjutin aja kali yaaa :D

Jadi, sesudah kepulangan saya selepas lulus kuliah ke Buton, si lelaki tersebut ternyata menemukan nomor kontak saya melalui sahabat karib saya.
Daaannn masa-masa teror pun terjadi (lagi).
Si lelaki tersebut setia banget nelponin saya di setiap mulai pukul 04.00 dini hari.
Karena mereka bertugas di perbatasan, yang mana dahulu belum ada sinyal.
Jadinya si lelaki tersebut hanya sanggup menelpon ke nomor saya melalui telpon kantornya.
Dan beliau rela menahan kantuk hanya demi menelpon saya di seeeetiap hari beliau diperbolehkan menelpon.

Sumpah, risih dan terganggu banget.
Terlebih setiap kali mendengar beliau yang selalu menyebut saya dengan panggilan "Halo cantik!"
Oh em ji..
Sungguh mual rasanya hahaha. Ternyata gombalan itu gak asyik juga hahaha.
Bahkan sang pacar (si suami sekarang) gak pernah manggil saya dengan ucapan itu.

Singkat cerita, alasannya ialah kesal si lelaki tersebut selalu menelpon saya.
Maka tanpa sadar saya mengikuti kisah mama bapak saya dulu, saya menunjukkan telepon ke abang supaya mendapatkan telpon dari si lelaki.

Sayangnya, beliau gak mau ngobrol dengan kakak.
Dan menentukan mematikan telpon, kalau abang yang nerima.

Dan beberapa usang kemudian saya kembali ke Surabaya, kembali bersahabat si pacar, dan entah alasannya ialah patah hati (untuk kesekian kalinya). Si lelaki risikonya berhenti menelpon saya.

Waktu terus berlalu.
Hingga suatu hari kemudian, abang saya tiba-tiba menelpon.
"Rey, kau kenal Madin?" tanyanya dengan penuh antusias.
"Hah? siapa tuh? gak kenal." jawab saya.
"Ah masa sih, nama aslinya Mustakim" katanya lagi.
Saya menajamkan ingatan, tapi tetap saja tidak merasa kenal nama tersebut.
"Gak kenal" jawab saya.
"Ah, kau akal-akalan gak ingat, orang fotonya ada di kardus barang-barangmu di rumah mama." kata abang sambil menahan tawa.
"Fotonya? yang mana?" saya jadi makin penasaran.
"Itu, yang pakai baju tentara!" Katanya lagi.
"Oh yang itu, namanya Eka!" jawab saya.
"Eka? namanya Mustakim kok, biasa dipanggil Mading" kata kakak.
"Masa sih? dari dulu saya taunya namanya Eka!"

Begitulah, beberapa bulan semenjak kaka menelepon tersebut, saya risikonya mendengar kabar bahwa abang risikonya mau tunangan dengan lelaki tersebut.
Dan saya hanya sanggup nyengir sambil menahan senyum.

Ya ampunnnn, apakah memang lelaki tersebut sudah ditakdirkan untuk selalu berada dalam bundar hidup saya (masuk ke dalam keluarga saya?)

Begitulah.
Ternyata, sesudah kepulangan saya kembali di Surabaya, si lelaki tersebut pulang ke Buton, dan beliau mencari saya ke kawasan abang saya.
Lalu bertemulah mereka.

Siapa sangka? ternyata mereka berjodoh.

Dunia ini memang abnormal ya, kadang jodoh tak sanggup ditebak datangnya dari mana.
Bisa jadi beliau nyasar dulu ke teman, sanggup jadi pula nyasar dulu (hatinya) ke saudara kandung kita.
Sebelum risikonya menemukan jalan ke jodoh yang sebenarnya.

Begitulah..

Kisah orang bau tanah kami terulang pada kami anaknya.
Hanya saja agak terbalik.
Kalau bapak naksir kakaknya, berjodoh dengan adiknya.
Sedang kami, si lelaki naksir adiknya, eh berjodoh dengan kakaknya.
sumber : pinterest

Siapa yang punya kisah yang sama?
Share di komen yuk :)

Semoga menghibur hati-hati yang sedang lelah mencari jodoh hehehehe.

TPJ AV - 24 Agustus 2018

Wassalam

Reyne Raea